Bisnis Pulsa

Tuesday, September 17, 2013

Relevansi Pengkaderan, Idealisme Mahasiswa, dan Pendidikan Anti Korupsi

Relevansi Pengaderan, idealisme Mahasiswa, dan Pendidikan Anti Korupsi

Relevansi Pengkaderan, dengan Idealisme Mahasiswa sama Pendidikan Anti Korupsi apa yah??? ternyata sangat berhubungan erat, Penerimaan mahasiswa baru yang nantinya menghadapi pengkaderan, dihadapkan lagi dengan sikap mahasiswa yang harus tetap menjaga konsistensinya menjalankan Peran dan Fungsinya sebagai agent of Change, iron stock, dan moral ofrce, serta menjalankan tugasnya sebagai agent of social control… merupakan tanggung jawab mahasiswa sebagai bukti idealisme mahasiswa, dan masalah yg dihadapi negara budaya korupsi sudah mengakar dalam jiwa manusia indonesia.. Treatment kita sebagai mahasiswa yang sense or crisis dan lebih penyelesaian yg solutif, refresif dan presentatis, atau tif-tif lainnya.
m … pembahasannya menyusul.. lagi di godok sama saya…. yg kebetulan.
ini dia artikelnya (sori tulisannya hancur soalnya saya copi ngak ada pemisahan antara paragrafnya :D)
Judul yang sangat menarik untuk di analisa mendalam, saya menulis artikel ini berkaitan dengan keterlibatan saya dalam pelaksanaan Pengkaderan Mahasiswa baru sebagai SC Pengkaderan, Berkaitan dengan penanaman Peran dan Fungsi Mahasiswa yang harus tetap menjaga Idealismenya sebagai staf dari Departemen Sospol BEM ITS dan kejadian Komunal negara yang menarik perhatian yaitu Korupsi sebagai seorang warga negara yang sangat ingin memperbaiki keadaan negara ini walau tidak dengan suatu jabatan yang menghilangkan. Ketiga hal ini berkaitan satu sama lain, sangat relevan untuk menciptakan bagaimana kader bangsa di masa yang akan datang. Keadaan mahasiswa dulu hampir sama dengan keadaan mahasiswa sekarang tetapi dari pola perjuangan mereka berbeda, yang pada saat pra kemerdekaan RI lebih kearah bagaimana mereka terlepas dari kungkungan penjajah. Periode setelah kemerdekaan sampai dengan peristiwa G 30 S, lebih ke arah penjernihan pihak-pihak yang dinilai sebagai penghancur negara, sehingga di akhiri dengan jatuhnya Presiden Soekarno.
Demikian halnya setelah menjabatnya Soeharto hampir setiap kegiatan kegiatan kemahasiswaan dalam hal oposisi abadi pemerintah yang mana terlalu di kekang dengan undang-undang buatan Soeharto dan antek-anteknya. Sampai akhirnya ada reformasi yang akhirnya menurunkan Soeharto. Dan sampai sekarang kita masih melihat peran mahasiswa tetap menyuarakan suara rakyat yang tertindas. Keadaan mahasiswa sekarang, kita sepakat melihat keadaan mahasiswa terpatok dalam sistem yang terkungkung erat tidak kreatif cenderung pragmatis, sikap hedonis yang telah membudaya karena pengaruh-pengaruh media seperti televisi, majalah, koran dan lain-lain yang cenderung mengagung-agungkan budaya barat sebagai budaya yang “perfect” cocok buat Indonesia, padahal kita punya budaya timur, budaya yang sebenarnya telah tepat, tetapi oleh jiwa muda sekarang ini lebih menganggapnya sebagai hal kuno dan sudah tidak jamannya lagi.
Pengaruh pendidikan yg tidak dapat meningkatkan daya imajinasi dan kritis mahasiswa menyebabkan timbulnya dogma pada pola pemikiran dan tindakan mahasiswa. Mahasiswa sekarang cenderung hanya menginginkan peran mahasiswa sebagai kamu terpelajar padahal belum pernah melaksanakan tridarma perguruan Tinggi, dalam artian mahasiswa masih jauh dari masyarakat. Peran dan fungsinya seakan-akan hilang hanya mengejar IPK dan bagaimana bisa dapat kerja yang baik. Studi kasus dengan keadaan institusi yang saya jalani. Keadaan mahasiswa demikian ini, pengaderan, sebagai titik awal untuk mengubah sesuatu kepada manusia lain untuk menjadi lebih baik dan sesuai keinginan suatu insitusi. Pengkaderan bukan sebagai ajang pelampiasan moral dari senior ke junior tetapi sebagai ajang adaptasi dan pengenalan dari obyek baru buat yang dikader. Tetapi selama ini pengkaderan selalu diinterpretasikan salah.
Demikian pula pengkaderan juga merupakan suatu pemberian teladan kepada mahasiswa (cakupan saya dalam lingkup pengkaderan mahasiswa baru) yang akan menempuh perjalanan hidup dalam lingkungan yang baru di dapatinya. Saya melihat pengkaderan selama ini yg saya alami jarang yang lebih mengarahkan ke fungsi dan peran mahasiswa sebagai Iron stock, agent of change, dan Moral force. Penekanan lebih ke arah bagaimana mereka berhasil melalui suatu masalah dan mencari solusi atas semua masalah itu. Tetapi dari segi idealisme mahasiswa tidak dapat disangka ternyata mahasiswa kita mahasiswa yang dulu-dulu, juga ternyata hampir sama pola tingkah lakunya.
Menumbuhkan Idealisme Mahasiswa pada saat pengkaderan seakan-akan hanya akan digunakan sesaat saja. Belum tentu digunakan nantinya Idealisme mahasiswa dimana mahasiswa hanya meneriakkan anti korupsi, anti pemerintah yang KKN. Katanya peduli sama masyarakat dengan turun aksi mereka telah menyuarakan suara-suara rakyat yang menuntut keadilan. Keadilan yang dinilai mahasiswa sebagai keadilan yang harus ditegakkan. Tetapi sayang sungguh di sayangkan ilmu yg di dapatkan di perguruan tinggi hanya digunakan saat itu juga tidak diterapkan pada saat dia menghadapi kehidupan rill di masyarakat.
Lihat saja Akbar Tanjung Angkatan ’66 ternyata tuanya sebagai koruptor yang menggelikan sekai isetelah dia dan kawan-kawannya menjatuhkan Soekarno. Bagaimana Rico Marbun yang nyata-nyata mendukung Wiranto sebagai produk Orde Baru yang terkait masalah HAM di masa lalunya, apakah idealisme mahasiswa hanya sampai dia telah lulus? Seorang pegawai di pemerintahan yang dulunya mahasiswa tulen yang menyuarakan anti korupsi, anti KKN, anti dengan hal-hal yang tidak memihak rakyat, tapi nyatanya setelah mendapat pekerjaan di pemerintahan dan menghadapi orang yg powernya lebih besar dibanding dia, dan mengarahkan ke hal-hal yang ternyata yang dituntut untuk diberantas pas dia masih kuliah dia laksanakan (Hasil wawancara dengan beberapa teman dan pengalaman pribadi) Ketika kita ingin lepas dari kungkungan hal yang salah tersebut kita tidak bisa karena sistem telah membentuk orang-orang yang ada di dalam sistem itu untuk mengikutinya, katanya “ojo ngono, yo ngono” (artinya mungkin jangan begitu, tapi memang begitu, maaf kalau salah karena saya bukan orang jawa)” sebenarnya saya tidak setuju dengan perkataan itu, ketika kita bisa mengendalikan diri kita marilah kita mencoba untuk mencoba meningkatkan peran kita untuk mengubah sesuatu yang salah itu (misalnya korupsi red) untuk tidak dilaksanakan tetapi dilaksanakan sesuai prosedur dan kebutuhan.
Bukan pada untuk kepentingan perseorangan atau golongan (Kata-kata dari butir-butir Sila Pancasila sungguh takjub dengan mengatakan mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan, apakah kita sudah menerapkannya?, ataukan Pancasila sebagai produk pendahulu merupakan dasar negara yang tertulis tanpa tindak). Korupsi tidak hanya bisa ditindak dengan memberikan shock terapi bagi yang orang-orang untuk tidak melakukan misalkan memenjarakan orang-orang yang kedapatan korupsi tetapi masyarakat juga perlu melakukan belajar untuk mendapatkan semua itu.
Pengkaderan terutama penanaman titik awal idealisme mahasiswa ditanamkan dan juga merupakan awalan sebagai pendiidikan anti korupsi, mengapa saya katakan demikian, karena banyak hal antara lain :
1. Pengkaderan sebagai suatu proses untuk beradaptasi dan juga merubah pola pikir mahasiswa dari pola pikir SMA menjadi Pola Pikir mahasiswa yang katanya mahasiswa itu kritis dsb, nah di sini kita bisa tanamkan idealisme mahasiswa itu untuk menanamkan sebuah sikap-sikap disiplin dengan disiplin mereka akan disiplin dan menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Disiplin dari mereka juga harus diimbangi dengan sikap teladan dari senior-seniornya karena mereka merupakan master plan mereka dalam menjajaki kehidupan baru di kampus, ketika mereka melihat seniornya menyontek, sontak mereka mempertanyakan arti pengkaderan selama apakah hanya sebatas itu idealisme mahasiswa, apakah ketika mereka dalam keadaan yang menguntungkan mereka membuat sesuatu yang tidak baik? Dimana idealisme itu dimana kebenaran itu, dimana muka mahasiswa yang selalu menggembar-gemborkan keadilan dan kebenaran. Sebagai kebiasaan buruk itu merupakan awalan untuk menciptakan koruptor-koruptor masa depan. Seperti katanya Mas Guntar, menciptakan koruptor-koruptor yang canggih karena sekolahnya tinggi-tinggi, HAHAHAH suatu keadaan yang tidak kita inginkan bukan. Makanya kita harus memulai dari diri kita, ketika kita mulai disiplin dan mulai mencoba untuk melaksanakan sesuai tepat waktu dan tepat sasaran maka akan tercipta jiwa-jiwa yang menjunjung kebenaran dan keadilan.
2. Pengkaderan merupakan wadah untuk meningkatkan jiwa sosial kemasyarakatan sejak dini, karena itu pengkaderan bukan hanya Marah-marah bentak-bentak atau sekedar dapat materi adaptasi tetapi bagaimana mereka bisa mengenal lingkungan dan mencari penyelesaian atas masalah itu syukur-syukur bisa terjun langsung ke masyarakat untuk menyelesaikannya. Dengan terciptanya jiwa-jiwa peduli ke masyarakat maka akan timbul nurani yang selalu mendukung rakyat dalam mengambil keputusan. Demikian halnya dalam pemerintahan ataupun dalam dunia kerja nantinya senantiasa mendasarkan kegiatan-kegiatan itu selain menguntungkan tidak mengganggu keadaan masyarakat banyak. Sekarang di Indonesia sendiri banyak kepentingan-kepentingan yang memihak individu tidak mengutamakan kepentingan rakyat, itu akibat salah kader dari seniornya atau dari tempatnya yang telah dilaluinya hanya memberikan contoh-conth yang salah atau cuman mecari keuntungan sehingga orang lain dirugikan.
3. pengkaderan titik tolak untuk BERUBAH, maksud saya pengkaderan itu merupakan momentum untuk mengubah, mengubah menjadi sesuatu itu benar, bukan pembenaran atas segala hal. Ketika korupsi kita katakan salah, yah salah. Bukan pembenaran bahwa korupsi itu memang wajar kalau duduk di suatu jabatan terutama pemerintahan (maaf saya terus menyinggung pemerintah karena korupsi itu telah terjadi banyak di institusi pemerintahan), Katanya bagaimana kita bisa menghidupi anak-itri kita kalau cuman mengandalkan gaji pokok kita? Yah memang pemikiran manusia atau kita selalu, dan selalu tidak punya batasan kepuasan.
4. Pengkaderan tidak lepas dengan sisi religius, ketika SMA dulu (Saya apresiasikan buat SMUDAMA yang telah mengajariku banyak hal tentang hidup), dimana agama terutama Islam karena saya menyakini agama saya sebagai Haqqul Yakin bahwasanya sebagai tiang awal kita untuk mengkader. Ketika kita menyakin kebenaran itu dari 4JJ1 kita pasti berlaku dan bertindak sewajarnya tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang banyak mudharatnya, seperti korupsi misalnya kita bisa berantas.
5. Pengkaderan bukan sebagai ajang untuk mencetak jiwa yang berontak tetapi menanamkan jiwa yang mengakui kebenaran itu sebagai hal yang benar dan harus dijalankan. Itulah yang menjadi masalah kita, ketika hanya menganggap bahwa yang biasanya itu sebagai sesuatu yang benar (maksudnya seperti kata-kata orang tua atau perilaku-perilaku sebelum-sebelumnya), padahal itu masih perlu dikaji benar apakah itu benar atau cuman pembenaran tok…. Marilah kita berfikir positif dan selalu mencari kebenaran yang ada sebagai fakta dan keyakinan kita untuk bertindak. Memang susah untuk menjadi orang benar karena resikonya orang yang menganggap dirinya benar selalu ditentang (referensi Film GIE atau buku Catatan Seorang Demonstran).
6. Pengkaderan menciptakan jiwa-jiwa yang bersih apabila dari materi dan sikap panitianya juga mberikan tauladan yang benar, sehingga akan meciptakan situasi yang benar-benar sesuai harapan, ingat pengkaderan bukan hanya sebagai ajang untuk menciptakan kader suatu institusi tetapi sebagai ajang untuk mengubah pola pikir kader menjadi lebih baik dan dapat diterapkan selamanya bukan hanya pada saat dia berada di institusi itu. OK.
7. Dan point-point lain yang belum saya bisa kemukakan. Sebenarnya pendidikan anti korupsi sudah tercermin dalam perilaku-perilaku kita dalam mengkader ataupun menerima materi kaderisasi, tetapi sejauh ini hanya diterapkan dalam dunia mahasiswa atau sebagian berfikir hanya pada saat pengkaderan saja disiplin dan ilmu-ilmu tentang keteraturan serta kebenaran itu saja yang bisa diterapkan tetapi pada saat sudah mulai meninggalkan pengkaderan sibuk dengan kuliah tidak diamalkan lagi.
Sungguh picik kita kalau mengalami hal itu, tetapi banyak hal yang menyebabkan hal itu seperti yang saya kemukakan di point 7 atau point lainnya. Nah bagaimana cara kita untuk mentreat semua yang telah terjadi? Pertama, yang sudah menerima pengkaderan yang sudah barang tentu tidak bisa dikader lagi harus menyadari bahwa dalam pengkaderan juga dia harus mengkader dirinya. Ketika itu sudah bisa dijalankan niscaya semua yang kita harapkan menciptakan kader-kader yang berkualitas tidak hanya dengan pikiran tetapi juga dengan tindakan misalnya disiplin dll. Sebelum mengkader marilah kita jernihkan pikiran kita marilah kita menbentuk suatu pola pengkaderan yang benar-benar bermanfaat bukan hanya pada saat kuliah atau masuk suatu institusi tetapi pengkaderan untuk seumur hidup.
Ingatlah kita dikader kemaren imbasnya sampai sekarang dan sampai pada kita dewasa nanti. Tetapi jika semua itu bisa diimbangi dengan pengembangan pola pikir kita yang senantiasa untuk berfikir benar, alhamdulillah kita sudah dapat mencapainya. Pengkaderan sebagai penegasan fungsi dan peran mahasiswa, apakah kita mau peran dan fungsi mahasiswa hilang begitu saja setelah di hadapkan dengan dunia kerja yang jauh menghancurkan idealisme berfikir kita, sebenarnya sudah sejak dini idealisme mahasiswa hanya dalam kata tidak dalam perbuatan, bagaimana kita bisa berfikir maju untuk tetap menyatakan itu benar.
Ah sudah ah tulisannya capek, percuma juga sih hanya saya yang baca, mana ada yang amu baca tulisan di blogku, tulisan se jelek ini dan blogku yang gak menyenangkan ini, hehehe, tapi Marilah kita menjadikan moment pengkaderan sebagai media mengaktualisasikan pendidikan anti korupsi dengan mempertahankan idealisme mahasiswa sesuai dengan peran dan fungsi mahasiswa (PFM). Pengkaderan, Mungkin banyak orang yang berfikir kayak saya, dan mungkin saja banyak orang yang merasa tulisan ini sudah biasa tetapi saya hanya mengingatkan bahwa pengkaderan merupakan bagian penting dalam penciptaan keindahan idealisme dan menjadi pembelajaran untuk menghindari hal-hal negatif termasuk di dalamnya korupsi. Wallahu a’lam bis-shawab Tulisan dari hati Nurani….
Tulisanku ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena hanya A1lah yang punya Kesempurnaan itu. aRuL bukan orang yang baik tapi berusaha untuk menjadi orang yang baik setiap saat.

No comments:

Post a Comment

Yang Penting Komentar!