Relevansi Pengaderan, idealisme Mahasiswa, dan Pendidikan Anti Korupsi
Relevansi Pengkaderan, dengan
Idealisme Mahasiswa sama Pendidikan Anti Korupsi apa yah??? ternyata sangat
berhubungan erat, Penerimaan mahasiswa baru yang nantinya menghadapi
pengkaderan, dihadapkan lagi dengan sikap mahasiswa yang harus tetap menjaga
konsistensinya menjalankan Peran dan Fungsinya sebagai agent of Change, iron
stock, dan moral ofrce, serta menjalankan tugasnya sebagai agent of social
control… merupakan tanggung jawab mahasiswa sebagai bukti idealisme mahasiswa,
dan masalah yg dihadapi negara budaya korupsi sudah mengakar dalam jiwa manusia
indonesia.. Treatment kita sebagai mahasiswa yang sense or crisis dan lebih
penyelesaian yg solutif, refresif dan presentatis, atau tif-tif lainnya.
m … pembahasannya menyusul.. lagi di
godok sama saya…. yg kebetulan.
ini dia artikelnya (sori tulisannya
hancur soalnya saya copi ngak ada pemisahan antara paragrafnya )
Judul
yang sangat menarik untuk di analisa mendalam, saya menulis artikel ini berkaitan
dengan keterlibatan saya dalam pelaksanaan Pengkaderan Mahasiswa baru sebagai
SC Pengkaderan, Berkaitan dengan penanaman Peran dan Fungsi Mahasiswa yang
harus tetap menjaga Idealismenya sebagai staf dari Departemen Sospol BEM ITS
dan kejadian Komunal negara yang menarik perhatian yaitu Korupsi sebagai
seorang warga negara yang sangat ingin memperbaiki keadaan negara ini walau
tidak dengan suatu jabatan yang menghilangkan. Ketiga hal ini berkaitan satu
sama lain, sangat relevan untuk menciptakan bagaimana kader bangsa di masa yang
akan datang. Keadaan mahasiswa dulu hampir sama dengan keadaan mahasiswa
sekarang tetapi dari pola perjuangan mereka berbeda, yang pada saat pra
kemerdekaan RI lebih kearah bagaimana mereka terlepas dari kungkungan penjajah.
Periode setelah kemerdekaan sampai dengan peristiwa G 30 S, lebih ke arah
penjernihan pihak-pihak yang dinilai sebagai penghancur negara, sehingga di
akhiri dengan jatuhnya Presiden Soekarno.
Demikian
halnya setelah menjabatnya Soeharto hampir setiap kegiatan kegiatan
kemahasiswaan dalam hal oposisi abadi pemerintah yang mana terlalu di kekang
dengan undang-undang buatan Soeharto dan antek-anteknya. Sampai akhirnya ada
reformasi yang akhirnya menurunkan Soeharto. Dan sampai sekarang kita masih
melihat peran mahasiswa tetap menyuarakan suara rakyat yang tertindas. Keadaan
mahasiswa sekarang, kita sepakat melihat keadaan mahasiswa terpatok dalam
sistem yang terkungkung erat tidak kreatif cenderung pragmatis, sikap hedonis
yang telah membudaya karena pengaruh-pengaruh media seperti televisi, majalah,
koran dan lain-lain yang cenderung mengagung-agungkan budaya barat sebagai
budaya yang “perfect” cocok buat Indonesia, padahal kita punya budaya timur,
budaya yang sebenarnya telah tepat, tetapi oleh jiwa muda sekarang ini lebih
menganggapnya sebagai hal kuno dan sudah tidak jamannya lagi.
Pengaruh
pendidikan yg tidak dapat meningkatkan daya imajinasi dan kritis mahasiswa
menyebabkan timbulnya dogma pada pola pemikiran dan tindakan mahasiswa.
Mahasiswa sekarang cenderung hanya menginginkan peran mahasiswa sebagai kamu
terpelajar padahal belum pernah melaksanakan tridarma perguruan Tinggi, dalam
artian mahasiswa masih jauh dari masyarakat. Peran dan fungsinya seakan-akan
hilang hanya mengejar IPK dan bagaimana bisa dapat kerja yang baik. Studi kasus
dengan keadaan institusi yang saya jalani. Keadaan mahasiswa demikian ini,
pengaderan, sebagai titik awal untuk mengubah sesuatu kepada manusia lain untuk
menjadi lebih baik dan sesuai keinginan suatu insitusi. Pengkaderan bukan
sebagai ajang pelampiasan moral dari senior ke junior tetapi sebagai ajang
adaptasi dan pengenalan dari obyek baru buat yang dikader. Tetapi selama ini
pengkaderan selalu diinterpretasikan salah.
Demikian
pula pengkaderan juga merupakan suatu pemberian teladan kepada mahasiswa
(cakupan saya dalam lingkup pengkaderan mahasiswa baru) yang akan menempuh
perjalanan hidup dalam lingkungan yang baru di dapatinya. Saya melihat
pengkaderan selama ini yg saya alami jarang yang lebih mengarahkan ke fungsi
dan peran mahasiswa sebagai Iron stock, agent of change, dan Moral force.
Penekanan lebih ke arah bagaimana mereka berhasil melalui suatu masalah dan
mencari solusi atas semua masalah itu. Tetapi dari segi idealisme mahasiswa
tidak dapat disangka ternyata mahasiswa kita mahasiswa yang dulu-dulu, juga
ternyata hampir sama pola tingkah lakunya.
Menumbuhkan
Idealisme Mahasiswa pada saat pengkaderan seakan-akan hanya akan digunakan
sesaat saja. Belum tentu digunakan nantinya Idealisme mahasiswa dimana
mahasiswa hanya meneriakkan anti korupsi, anti pemerintah yang KKN. Katanya
peduli sama masyarakat dengan turun aksi mereka telah menyuarakan suara-suara
rakyat yang menuntut keadilan. Keadilan yang dinilai mahasiswa sebagai keadilan
yang harus ditegakkan. Tetapi sayang sungguh di sayangkan ilmu yg di dapatkan
di perguruan tinggi hanya digunakan saat itu juga tidak diterapkan pada saat
dia menghadapi kehidupan rill di masyarakat.
Lihat
saja Akbar Tanjung Angkatan ’66 ternyata tuanya sebagai koruptor yang
menggelikan sekai isetelah dia dan kawan-kawannya menjatuhkan Soekarno.
Bagaimana Rico Marbun yang nyata-nyata mendukung Wiranto sebagai produk Orde
Baru yang terkait masalah HAM di masa lalunya, apakah idealisme mahasiswa hanya
sampai dia telah lulus? Seorang pegawai di pemerintahan yang dulunya mahasiswa
tulen yang menyuarakan anti korupsi, anti KKN, anti dengan hal-hal yang tidak
memihak rakyat, tapi nyatanya setelah mendapat pekerjaan di pemerintahan dan
menghadapi orang yg powernya lebih besar dibanding dia, dan mengarahkan ke
hal-hal yang ternyata yang dituntut untuk diberantas pas dia masih kuliah dia
laksanakan (Hasil wawancara dengan beberapa teman dan pengalaman pribadi)
Ketika kita ingin lepas dari kungkungan hal yang salah tersebut kita tidak bisa
karena sistem telah membentuk orang-orang yang ada di dalam sistem itu untuk
mengikutinya, katanya “ojo ngono, yo ngono” (artinya mungkin jangan begitu,
tapi memang begitu, maaf kalau salah karena saya bukan orang jawa)” sebenarnya
saya tidak setuju dengan perkataan itu, ketika kita bisa mengendalikan diri
kita marilah kita mencoba untuk mencoba meningkatkan peran kita untuk mengubah
sesuatu yang salah itu (misalnya korupsi red) untuk tidak dilaksanakan tetapi
dilaksanakan sesuai prosedur dan kebutuhan.
Bukan
pada untuk kepentingan perseorangan atau golongan (Kata-kata dari butir-butir
Sila Pancasila sungguh takjub dengan mengatakan mengutamakan kepentingan umum
di atas kepentingan pribadi atau golongan, apakah kita sudah menerapkannya?,
ataukan Pancasila sebagai produk pendahulu merupakan dasar negara yang tertulis
tanpa tindak). Korupsi tidak hanya bisa ditindak dengan memberikan shock terapi
bagi yang orang-orang untuk tidak melakukan misalkan memenjarakan orang-orang
yang kedapatan korupsi tetapi masyarakat juga perlu melakukan belajar untuk
mendapatkan semua itu.
Pengkaderan
terutama penanaman titik awal idealisme mahasiswa ditanamkan dan juga merupakan
awalan sebagai pendiidikan anti korupsi, mengapa saya katakan demikian, karena
banyak hal antara lain :
1.
Pengkaderan sebagai suatu proses untuk beradaptasi dan juga merubah pola pikir
mahasiswa dari pola pikir SMA menjadi Pola Pikir mahasiswa yang katanya
mahasiswa itu kritis dsb, nah di sini kita bisa tanamkan idealisme mahasiswa
itu untuk menanamkan sebuah sikap-sikap disiplin dengan disiplin mereka akan
disiplin dan menerapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Disiplin dari mereka
juga harus diimbangi dengan sikap teladan dari senior-seniornya karena mereka
merupakan master plan mereka dalam menjajaki kehidupan baru di kampus, ketika
mereka melihat seniornya menyontek, sontak mereka mempertanyakan arti
pengkaderan selama apakah hanya sebatas itu idealisme mahasiswa, apakah ketika
mereka dalam keadaan yang menguntungkan mereka membuat sesuatu yang tidak baik?
Dimana idealisme itu dimana kebenaran itu, dimana muka mahasiswa yang selalu
menggembar-gemborkan keadilan dan kebenaran. Sebagai kebiasaan buruk itu
merupakan awalan untuk menciptakan koruptor-koruptor masa depan. Seperti
katanya Mas Guntar, menciptakan koruptor-koruptor yang canggih karena
sekolahnya tinggi-tinggi, HAHAHAH suatu keadaan yang tidak kita inginkan bukan.
Makanya kita harus memulai dari diri kita, ketika kita mulai disiplin dan mulai
mencoba untuk melaksanakan sesuai tepat waktu dan tepat sasaran maka akan
tercipta jiwa-jiwa yang menjunjung kebenaran dan keadilan.
2.
Pengkaderan merupakan wadah untuk meningkatkan jiwa sosial kemasyarakatan sejak
dini, karena itu pengkaderan bukan hanya Marah-marah bentak-bentak atau sekedar
dapat materi adaptasi tetapi bagaimana mereka bisa mengenal lingkungan dan
mencari penyelesaian atas masalah itu syukur-syukur bisa terjun langsung ke
masyarakat untuk menyelesaikannya. Dengan terciptanya jiwa-jiwa peduli ke
masyarakat maka akan timbul nurani yang selalu mendukung rakyat dalam mengambil
keputusan. Demikian halnya dalam pemerintahan ataupun dalam dunia kerja
nantinya senantiasa mendasarkan kegiatan-kegiatan itu selain menguntungkan
tidak mengganggu keadaan masyarakat banyak. Sekarang di Indonesia sendiri
banyak kepentingan-kepentingan yang memihak individu tidak mengutamakan
kepentingan rakyat, itu akibat salah kader dari seniornya atau dari tempatnya
yang telah dilaluinya hanya memberikan contoh-conth yang salah atau cuman
mecari keuntungan sehingga orang lain dirugikan.
3.
pengkaderan titik tolak untuk BERUBAH, maksud saya pengkaderan itu merupakan
momentum untuk mengubah, mengubah menjadi sesuatu itu benar, bukan pembenaran
atas segala hal. Ketika korupsi kita katakan salah, yah salah. Bukan pembenaran
bahwa korupsi itu memang wajar kalau duduk di suatu jabatan terutama
pemerintahan (maaf saya terus menyinggung pemerintah karena korupsi itu telah
terjadi banyak di institusi pemerintahan), Katanya bagaimana kita bisa
menghidupi anak-itri kita kalau cuman mengandalkan gaji pokok kita? Yah memang
pemikiran manusia atau kita selalu, dan selalu tidak punya batasan kepuasan.
4.
Pengkaderan tidak lepas dengan sisi religius, ketika SMA dulu (Saya
apresiasikan buat SMUDAMA yang telah mengajariku banyak hal tentang hidup),
dimana agama terutama Islam karena saya menyakini agama saya sebagai Haqqul
Yakin bahwasanya sebagai tiang awal kita untuk mengkader. Ketika kita menyakin
kebenaran itu dari 4JJ1 kita pasti berlaku dan bertindak sewajarnya tidak
melakukan perbuatan-perbuatan yang banyak mudharatnya, seperti korupsi misalnya
kita bisa berantas.
5.
Pengkaderan bukan sebagai ajang untuk mencetak jiwa yang berontak tetapi
menanamkan jiwa yang mengakui kebenaran itu sebagai hal yang benar dan harus
dijalankan. Itulah yang menjadi masalah kita, ketika hanya menganggap bahwa
yang biasanya itu sebagai sesuatu yang benar (maksudnya seperti kata-kata orang
tua atau perilaku-perilaku sebelum-sebelumnya), padahal itu masih perlu dikaji
benar apakah itu benar atau cuman pembenaran tok…. Marilah kita berfikir
positif dan selalu mencari kebenaran yang ada sebagai fakta dan keyakinan kita
untuk bertindak. Memang susah untuk menjadi orang benar karena resikonya orang
yang menganggap dirinya benar selalu ditentang (referensi Film GIE atau buku
Catatan Seorang Demonstran).
6.
Pengkaderan menciptakan jiwa-jiwa yang bersih apabila dari materi dan sikap
panitianya juga mberikan tauladan yang benar, sehingga akan meciptakan situasi
yang benar-benar sesuai harapan, ingat pengkaderan bukan hanya sebagai ajang untuk
menciptakan kader suatu institusi tetapi sebagai ajang untuk mengubah pola
pikir kader menjadi lebih baik dan dapat diterapkan selamanya bukan hanya pada
saat dia berada di institusi itu. OK.
7.
Dan point-point lain yang belum saya bisa kemukakan. Sebenarnya pendidikan anti
korupsi sudah tercermin dalam perilaku-perilaku kita dalam mengkader ataupun
menerima materi kaderisasi, tetapi sejauh ini hanya diterapkan dalam dunia
mahasiswa atau sebagian berfikir hanya pada saat pengkaderan saja disiplin dan ilmu-ilmu
tentang keteraturan serta kebenaran itu saja yang bisa diterapkan tetapi pada
saat sudah mulai meninggalkan pengkaderan sibuk dengan kuliah tidak diamalkan
lagi.
Sungguh
picik kita kalau mengalami hal itu, tetapi banyak hal yang menyebabkan hal itu
seperti yang saya kemukakan di point 7 atau point lainnya. Nah bagaimana cara
kita untuk mentreat semua yang telah terjadi? Pertama, yang sudah menerima
pengkaderan yang sudah barang tentu tidak bisa dikader lagi harus menyadari
bahwa dalam pengkaderan juga dia harus mengkader dirinya. Ketika itu sudah bisa
dijalankan niscaya semua yang kita harapkan menciptakan kader-kader yang
berkualitas tidak hanya dengan pikiran tetapi juga dengan tindakan misalnya
disiplin dll. Sebelum mengkader marilah kita jernihkan pikiran kita marilah
kita menbentuk suatu pola pengkaderan yang benar-benar bermanfaat bukan hanya
pada saat kuliah atau masuk suatu institusi tetapi pengkaderan untuk seumur
hidup.
Ingatlah
kita dikader kemaren imbasnya sampai sekarang dan sampai pada kita dewasa
nanti. Tetapi jika semua itu bisa diimbangi dengan pengembangan pola pikir kita
yang senantiasa untuk berfikir benar, alhamdulillah kita sudah dapat
mencapainya. Pengkaderan sebagai penegasan fungsi dan peran mahasiswa, apakah
kita mau peran dan fungsi mahasiswa hilang begitu saja setelah di hadapkan
dengan dunia kerja yang jauh menghancurkan idealisme berfikir kita, sebenarnya
sudah sejak dini idealisme mahasiswa hanya dalam kata tidak dalam perbuatan,
bagaimana kita bisa berfikir maju untuk tetap menyatakan itu benar.
Ah
sudah ah tulisannya capek, percuma juga sih hanya saya yang baca, mana ada yang
amu baca tulisan di blogku, tulisan se jelek ini dan blogku yang gak
menyenangkan ini, hehehe, tapi Marilah kita menjadikan moment pengkaderan
sebagai media mengaktualisasikan pendidikan anti korupsi dengan mempertahankan
idealisme mahasiswa sesuai dengan peran dan fungsi mahasiswa (PFM).
Pengkaderan, Mungkin banyak orang yang berfikir kayak saya, dan mungkin saja
banyak orang yang merasa tulisan ini sudah biasa tetapi saya hanya mengingatkan
bahwa pengkaderan merupakan bagian penting dalam penciptaan keindahan idealisme
dan menjadi pembelajaran untuk menghindari hal-hal negatif termasuk di dalamnya
korupsi. Wallahu a’lam bis-shawab Tulisan dari hati Nurani….
Tulisanku
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena hanya A1lah
yang punya Kesempurnaan itu. aRuL bukan orang yang baik tapi berusaha untuk
menjadi orang yang baik setiap saat.
No comments:
Post a Comment
Yang Penting Komentar!