Berbicara tentang mahasiswa , hal pertama yang harus kita
kritisi dan pertanyakan kembali adalah ” benarkah kita ini Mahasiswa ? jika
iya, dimanakah eksistensi kita sebagai seorang mahasiswa ? atau bahkan kita pun
belum mengetahui arti dari mahasiswa itu sendiri ?”. Betapa naifnya kita, apabila tidak
mengenal diri kita sendiri.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat pasal 19 bahwasanya “ mahasiswa ” itu
sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa/ murid yang telah sampai pada
jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan
secara harfiyah, “ mahasiswa ” terdiri dari dua kata, yaitu ” Maha ” yang
berarti tinggi dan ” Siswa ” yang berarti subyek pembelajar ( menurut Bobbi de
porter ), jadi dari segi bahasa “ mahasiswa ” diartikan sebagai pelajar yang
tinggi atau seseorang yang belajar di perguruan tinggi/ universitas.
Namun jika kita memaknai “ mahasiswa ” sebagai subyek
pembelajar saja, amatlah sempit pemikiran kita, sebab meski ia ( baca :
Mahasiswa ) diikat oleh suatu definisi study, akan tetapi mengalami
perluasan makna mengenai eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian
pada perkembangan selanjutnya, “ mahasiswa ” tidak lagi diartikan hanya sebatas
subyek pembelajar ( study ), akan tetapi ikut mengisi definisi learning.
Mahasiswa adalah seorang pembelajar yang tidak hanya duduk di bangku kuliah
kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan menghapal di
rumah untuk menghadapi ujian tengah semester atau Ujian Akhir semester. “
mahasiswa ” dituntut untuk menjadi seorang ikon-ikon pembaharu dan
pelopor-pelopor perjuangan yang respect dan tanggap terhadap isu-isu sosial
serta permasalahan umat dan bangsa.
Apabila kita
flash back melihat sejarah, peran mahasiswa acapkali mewarnai perjalanan bangsa
Indonesia, mulai dari penjajahan hingga kini masa reformasi. “ mahasiswa ”
bukan hanya menggendong tas yang berisi buku, tapi mahasiswa turut angkat
senjata demi kedaulatan bangsa Indonesia. Dan telah menjadi rahasia umum,
bahwasanya mahasiswa lah yang menjadi pelopor restrukturisasi tampuk
kepemimpinan NKRI pada saat reformasi 1998. Peran yang diberikan mahasiswa
begitu dahsyat, sehingga sendi-sendi bangsa yang telah rapuh, tidak lagi bisa
ditutup-tutupi oleh rezim dengan status quonya, tetapi bisa dibongkar dan
dihancurkan oleh Mahasiswa.
Mencermati alunan sejarah bangsa Indonesia, hingga kini
tidak terlepas dari peran mahasiswa, oleh karena itu ” mahasiswa ” dapat
dikategorikan sebagai ” Agent of social change ” ( Istilah
August comte dalam pengantar sosiologi ) yaitu perubah dan pelopor ke arah
perbaikan suatu bangsa.
Kendatipun
demikian, paradigma semacam ini belumlah menjadi kesepakatan bersama antar
mahasiswa ( Plat form ), sebab masih ada sebagian madzhab mahasiswa
yang apriori ( cuek ) terhadap eksistensi dirinya sebagai seorang mahasiswa ,
bahkan ia tak mau tahu menahu tentang keadaan sekitar lingkungan masyarakat
ataupun sekitar lingkungan kampusnya sendiri. Yang terpenting buat mereka
adalah duduk dibangku kuliah menjadi kambing conge dosen , lantas pulang duluan
ke rumah, titik.
Inikah ” mahasiswa ” ? Padahal, mahasiswa adalah
sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi , respect dan
tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus
menerus, mempunyai nyali ( keberanian yang tinggi ) untuk menyatakan kebenaran,
aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan Konsep
itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari dirinya akan eksistensi
ke-mahahasiswaan nya itu. Belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar
akademis atau nilai indeks prestasi ( IP ) yang tinggi dan mendapat penghargaan
cumlaude, lebih dari itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah
untuk membangun bangsa, atau paling tidak dalam lingkup yang paling mikro, ada
suatu kemauan untuk mengembangkan civitas / perguruan tinggi dimana ia kuliah.
Misalnya dengan ikut serta / aktif di Organisasi Mahasiswa, baik itu Organisasi
intra kampus ( BEM dan UKM ) ataupun Organisasi Ekstra kampus, serta aktif
dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, Dengan semangat Muharramisasi mari kita
sama - sama memaknai even tahun baru 1430 Hijriyah ini dengan senatiasa
menginsafi dan selalu berintrospeksi diri kita sebagai seorang ” mahasiswa ”,
juga kita jadikan sebagai moment untuk ” hijrah ”, yaitu hijrah dari kemalasan
menuju kerja keras, hijrah dari sikap pesimis menuju sikap optimis, berani
keluar dari kenyamanan untuk mendaki dan menempuh kesulitan, respect dan
tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa , sehingga endingnya kita layak
dan pantas untuk disebut sebagai seorang ” mahasiswa ”.
“Bahwa sesungguhnya mahasiswa
adalah pemuda-pemudi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran dan telah
tercerahkan pemikirannya serta diteguhkan hatinya saat mereka berdiri di
hadapan kezaliman. Oleh sebab itu, sepatutnya mahasiswa bergerak untuk mengubah
kondisi bangsa menuju masyarakat madani yang adil dan makmur”
Mahasiswa
dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang
terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono
(1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk
mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.
Mahasiswa
merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena
ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau
cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan
berbagai predikat.
Mahasiswa
menurut Knopfemacher (dalam Suwono, 1978) adalah merupakan insane-insan calon
sarjana yang dalam keterlibatannyadengan perguruan tinggi ( yang makin menyatu
dengan masyarakat), dididik dan di harapkan menjadi calon-clon intelektual.
Dari
pendapat di atas bias dijelaskan bahwa mahasiswa adalah status yang disandang
oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan
menjadi calon-calon intelektual.
Mahasiswa sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan
pembaharuan memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual, memandang
segala sesuatu dengan pikiran jernih, positif, kritis yang bertanggung jawab,
dan dewasa. Secara moril mahasiswa akan dituntut tangung jawab akademisnya
dalam menghsilkan “buah karya” yang berguna bagi kehidupan lingkungan.
Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebutkan ada lima fungsi kaum intelektul, yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayan dan bersama mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.
Mahasiswa yang pada dasarnya
merupakan subjek atau pelaku di dalam pergerakan pembaharuan atau subjek yang
akan menjadi generasi-generasi penerus bangsa dan membangun bangsa dan tanah
air ke arah yang lebih baik dituntut untuk memiliki etika. Etika bagi mahasiswa
dapat menjadi alat kontrol di dalam melakukan suatu tindakan. Etika dapat
menjadi gambaran bagi mahasiswa dalam mengambil suatu keputusan atau dalam
melakukan sesuatu yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu, makna etika harus
lebih dipahami kembali dan diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa yang
relitanya lebih banyak mahasiswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna etika
dan peranan etika itu sendiri, sehingga bermunculanlah mahasiswa-mahasiswi yang
tidak memiliki akhlaqul karimah, seperti mahasiswa yang tidak memiliki sopan
dan santun kepada para dosen, mahasiswa yang lebih menyukai hidup dengan bebas,
mengonsumsi obat-obatan terlarang, pergaulan bebas antara mahasiswa dengan
mahasiswi, berdemonstrasi dengan tidak mengikuti peraturan yang berlaku bahkan
hal terkecil seperti menyontek disaat ujian dianggap hal biasa padahal
menyontek merupakan salah satu hal yang tidak mengindahkan makna dari etika.
Perlu Anda ketahui bahwa realita banyaknya bermunculan para koruptor di
Indonesia disebabkan oleh seseorang yang tidak memahami arti kata dari iman dan
etika. Banyak orang yang beranggapan dan meyakini para koruptor yang ada sekarang
adalah seorang yang dahulunya terbiasa melakukan tindakan menyontek di saat
ujian tanpa merasa bersalah, lebih tepatnya mencontek memiliki makna yang sama
dengan kecurangan. Jadi menyontek diibaratkan dengan korupsi mengambil hak
seseorang tanpa izin dan meraih sesuatu tanpa memikirkan apakah cara yang
digunakannya benar atau salah dan ini semua berhubungan dengan etika.Apabila
mahasiswa masih belum menyadari betapa pentingnya etika di dalam pembentukan
karakter-karakter seorang penerus bangsa dan negara, akankah bangsa Indonesia
untuk di masa yang akan datang di isi oleh penerus-penerus bangsa yang
berakhlaqul karimah atau beretika?. Akan diletakkan dimanakah wajah Indonesia
nanti apabila bangsa Indonesia dibangun oleh jiwa-jiwa yang penuh dengan
kecurangan atau dengan akhlaq-akhlaq tercela.
V. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah
orang yang belajar di perguruan tinggi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)
Mahasiswa adalah sekumpulan manusia intelektual yang akan bermetamorfosa menjadi penerus tombak estafet pembangunan di setiap Negara, dengan itelegensinya diharapkan bisa mendobrak pilar-pilar kehampaan suatu negara dalam mencari kesempurnaan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta secara moril akan dituntut tanggung jawab akdemisnya dalam menghasilkan “buah karya” yang berguna bagi kehidupan lingkungan.
Mahasiswa adalah sekumpulan manusia intelektual yang akan bermetamorfosa menjadi penerus tombak estafet pembangunan di setiap Negara, dengan itelegensinya diharapkan bisa mendobrak pilar-pilar kehampaan suatu negara dalam mencari kesempurnaan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta secara moril akan dituntut tanggung jawab akdemisnya dalam menghasilkan “buah karya” yang berguna bagi kehidupan lingkungan.
B. Kewajiban dan Hak Mahasiswa
Berbicara tentang hak dan kewajiban, seorang mahasiswa terlebih dahulu harus melaksanakan kewajibannya dan kemudian mendapatkan haknya sebagai seorang mahasiswa. Mahasiswa sebagai kelompok terpenting dalam sebuah masyarakat memiliki kewajiban yaitu menuntut ilmu, menguasai ilmu dengan sungguh-sungguh agar menjadi seorang yang berguna yang mengaplikasikan atau mengembangkan disiplin ilmunya bagi lingkungan tempat dimana ia tinggal, mematuhi peraturan yang berlaku, sebuah perturan yang tidak menyimpang dari ketetapan hukum-hukum Allah dan nilai-nilai, norma-norma yang ada, selain itu mahasiswa juga harus memainkan peranan penting sebagai pencetus perubahan dan revolusi. Saidina Ali k.w.j. berkata: “Bukanlah orang muda yang hanya mengatakan: ‘Ayahku begini!’ tetapi orang muda adalah yang mengatakan: ‘Ini Aku!’”.
Kata-kata di atas memberikan semangat bahwa seorang mahasiswa seharusnya memiliki prinsip yang kuat, mampu melakukan perubahan dan berani menegakkan kata kebenaran di atas sebuah kemungkaran, selain itu mahasiswa juga wajib melaksanakn Tridarma Mahasiswa yaitu melakukan penelitian, pengabdian, dan pengajaran yang diawali dengan proses belajar yang sungguh-sungguh. Berbicara tentang kewajiban mahasiswa juga berhak mendapatkan hak yang diterimanya, yaitu mendapatkan perlakuan yang sama dari pendidik tanpa memandang status sosial dari mahasiswa tersebut, apakah mahasiswa tersebut berasal dari kalangan menengah atau dari kalangan menengah ke bawah, mendapatkan ilmu, menerima dan dapat menggunakan sarana dan prasarana yang ada, mengemukakan aspirasinya tetap dengan “sopan”, dan mendapatkan pencerahan agama sebagai penyeimbang dalam menjalani kehidupan.
Berbicara tentang hak dan kewajiban, seorang mahasiswa terlebih dahulu harus melaksanakan kewajibannya dan kemudian mendapatkan haknya sebagai seorang mahasiswa. Mahasiswa sebagai kelompok terpenting dalam sebuah masyarakat memiliki kewajiban yaitu menuntut ilmu, menguasai ilmu dengan sungguh-sungguh agar menjadi seorang yang berguna yang mengaplikasikan atau mengembangkan disiplin ilmunya bagi lingkungan tempat dimana ia tinggal, mematuhi peraturan yang berlaku, sebuah perturan yang tidak menyimpang dari ketetapan hukum-hukum Allah dan nilai-nilai, norma-norma yang ada, selain itu mahasiswa juga harus memainkan peranan penting sebagai pencetus perubahan dan revolusi. Saidina Ali k.w.j. berkata: “Bukanlah orang muda yang hanya mengatakan: ‘Ayahku begini!’ tetapi orang muda adalah yang mengatakan: ‘Ini Aku!’”.
Kata-kata di atas memberikan semangat bahwa seorang mahasiswa seharusnya memiliki prinsip yang kuat, mampu melakukan perubahan dan berani menegakkan kata kebenaran di atas sebuah kemungkaran, selain itu mahasiswa juga wajib melaksanakn Tridarma Mahasiswa yaitu melakukan penelitian, pengabdian, dan pengajaran yang diawali dengan proses belajar yang sungguh-sungguh. Berbicara tentang kewajiban mahasiswa juga berhak mendapatkan hak yang diterimanya, yaitu mendapatkan perlakuan yang sama dari pendidik tanpa memandang status sosial dari mahasiswa tersebut, apakah mahasiswa tersebut berasal dari kalangan menengah atau dari kalangan menengah ke bawah, mendapatkan ilmu, menerima dan dapat menggunakan sarana dan prasarana yang ada, mengemukakan aspirasinya tetap dengan “sopan”, dan mendapatkan pencerahan agama sebagai penyeimbang dalam menjalani kehidupan.
No comments:
Post a Comment
Yang Penting Komentar!