Pengertian Globalisasi
• Secara
historis globalisasi berarti meluasnya pengaruh suatu kebudayaan atau agama ke
seluruh penjuru dunia.
•
Globalisasi
yang terjadi sekarang dimungkinkan oleh penggunaan media elektronik dalam
mengirim dan menerima informasi.
Efeknya adalah bahwa ruang dan waktu menjadi kecil,Apa yang terjadi di satu belahan dunia akan mempengaruhi belahan lainnya. Para ahli komunikasi menyebutnya sebagai gejala time-space compression atau menyusutnya ruang dan waktu.
Globalisasi adalah suatu proses di mana
antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung,
terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global,
yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi
adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari
setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum
memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working
definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Tujuan
Globalisasi
•
Pada hakikatnya, setiap orang atau kelompok orang
ingin mempengaruhi orang atau kelompok lainnya.
•
Pada kenyataannya, Globalisasi merupakan bentuk baru
imperialisme dengan bersenjatakan standardisasi international
Bentuk
Globalisasi
l
Standardisasi
International
l
Semakin
menipisnya batas teritorial negara berakibat semakin tereduksinya kekuatan
sebuah pemerintahan dalam membatasi warganya, terutama dalam lifestyle dan
budaya yang berubah-ubah dengan cepat
l
Perdagangan
bebas, termasuk ‘komoditi’ Pendidikan
Dampak
Globalisasi
• Skala Makro : Negara-negara dunia ke
tiga sebagai pasar produk industri dan budaya negara maju, yang mengakibatkan
semakin lebarnya jurang perbedaan antara negara maju dan negara ke tiga.
Skala Mikro : seperti kasus Hero Supermarket dan industri botol di Illionis
Strategi Menghadapi Globalisasi
n Batu landasan Globalisasi adalah Perubahan
yang berakselerasi
n Tugas kita : mencermati
fenomena-fenomena perubahan yang terjadi, mengambil kesimpulan esensi dari
fenomena-fenomena tersebut, merancang langkah strategis sebagai antisipasi dan
mengajak anak buah kita melakukan hal tersebut.
Perubahan Makro
n Perubahan Alami : Life cycle
n Perubahan akibat Transformasi :
Ø
kekuatan perubahan politik dan sosial
Ø
kekuatan pengaruh teknologi komunikasi, dunia rekreasi, dan dunia seni
menyatu. Misalnya, institusi pendidikan harus menjadi
pusat informasi ter-up to date, tempat belajar yang rekreatif dan tempat
memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang menyenangkan
Ø
perubahan di bidang ekonomi
Manifestasi
Transformasi
• Perubahan yang bersifat lambat dan berangsur-angsur,jika tidak diantisipasi bisa mematikan. Contoh: industri
botol di Illionis
• Perubahan yang merupakan loncatan
dahsyat. Misalnya munculnya Super market
menggilas pasar tradisional
• Perubahan bersifat intermitent atau
sesekali. Misal: Ketakpuasan terhadap
pendidikan kita.
• Perubahan yang dikenal dengan nama
chaos. Misalnya: peristiwa menjelang kejatuhan
Suharto. Ini akibat kumulasi nilai-nilai yang tidak sesuai
Perubahan Mikro
Perubahan
yang terjadi di internal sebuah organisasi atau institusi sebagai langkah
strategis untuk menghadapi perubahan makro.
Ciri globalisasi
Perubahan
dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa
komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar
dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi
saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional,
peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).
Peningkatan
interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi,
film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita
dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal
yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion,
literatur, dan makanan.
Meningkatnya
masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Gerakan pro-globalisasi
Pendukung globalisasi
(sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia.
Gerakan antiglobalisasi
Gerakan antiglobalisasi
Antiglobalisasi adalah
suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang
dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang
mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP IDENTITAS NASIONAL
PENDAHULUAN
Indonesia adalah Bangsa yang kaya akan
nilai-nilai budaya dan sejarah, yang tentunya budaya dan sejarah tersebut
mempengaruhi semua aspek kehidupan dan memberikan serta membantu dalam
pembentukan pola fikir dan paradigma masyarakat dalam bernegara dan bertanah
air.
Di era globalisasi dan jaringan informasi yang dapat
di akses oleh siapapun dan kapanpun mengakibatkan terjadinya perkembangan di
segala sektor dan pemahaman baru tentang budaya serta penerapan-penerapan akan
pola yang diterapkan oleh Negara lain.
Salah satu Negara yang menjadi tujuan dan penyebaran
jaringan informasi dan budaya global adalah Indonesia, karena Indonesia adalah
Negara berkembang dengan tingkat populasi yang selalu meningkat dan ditunjang
dengan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan untuk mengakses informasi baik itu
dalam bentuk informasi data maupun informasi global yang termasuk di dalamnya
unsur-unsur budaya asing yang notabene tidaklah sesuai dengan budaya Timur yang
merupakan ciri khas Bangsa Indonesia.
Indonesia dan masyarakat dunia memiliki
visi yang sama akan kemajuan dan peningkatan taraf hidup serta kemajuan dalam
system pemerintahan, tetapi apakah kemajuan dan peningkatan taraf hidup
tersebut harus mengorbankan nilai-nilai budaya yang begitu berharga. Dan sudah
semestinya sebagai generasi penerus, kita harus melestarikan budaya-budaya
Indonesia yang mulai terkontaminasi oleh budaya-budaya asing yang negatif dan
tidak membangun karateristik masyarakat Indonesia.
Insya Allah penulis akan memberikan sedikit
penjelasan tentang apa itu identitas nasional lewat semangat nasionalismenya,
globalisasi dan perkembangannya serta glokalisasi yang merupakan gabungan
antara globalisasi yang dapat diterima oleh budaya lokal.
IDENTITAS NASIONAL
Secara harfiah identitas adalah ciri-ciri,
tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada sesuatu atau seseorang yang
membedakannya dengan yang lain. Pengertian Identitas pada hakikatnya merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan
suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tersebut
maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.
Dengan demikian identitas nasional suatu bangsa
adalah ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang membedakannya dari bangsa
lainnya. Namun demikian proses pembetukan Identitas nasional bukan merupakan
sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terbuka dan terus berkembang
mengikuti perkembangan jaman. Akan terjadi pergeseran nilai dari identitas itu
sendiri apabila identitas itu tidak dapat dijaga dan dilestarikan, sehingga
mengakibatkan identitas global akan mempengaruhi nilai identitas nasional itu
sendiri.
Secara umum terdapat beberapa dimensi yang
menjelaskan kekhasan suatu bangsa. Unsur-unsur identitas itu secara normatif,
berbentuk sebagai nilai, bahasa, adat istiadat, dan letak geografis.
Beberapa
dimensi dalam identitas nasional antara lain:
1. Pola Perilaku
adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari, Misalnya : adat istiadat, budaya, dan kebiasaan, ramah
tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu
identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan budaya. Semangat
masyarakat tentang pola perilaku ini sudah mulai memudar, seiring dengan waktu
budaya ramah tamah khas Indonesia serta semangat gotong royong sudah beralih
wajah menjadi acuh tak acuh dan individualistis dan materialistis.
2.
Lambang-Lambang
adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi
Negara. lambang-lambang ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang, Misalnya :
Bendera, Bahasa, dan lagu Kebangsaan.
3.
Alat-alat perlengkapan
adalah Sejumlah perangkat atau alat-alat
perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang berupa bangunan,
peralatan dan tekhnologi, misalnya : bangunan candi, Masjid, Gereja, Peralatan
manusia seperti pakaian Adat, dan teknologi Bercocok tanam : dan teknologi
seperti kapal laut, Pesawat terbang, dan lainnya
4.
Tujuan yang Ingin dicapai
Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat
dinamis dan tidak tetap seperti : Budaya Unggul, presentasi dalam bidang
tertentu. Sebagai sebuah bangsa yang mendiami sebuah Negara, tujuan bersama
bangsa Indonesia telah tertuang dalam pembukaan UUD 45, Yakni kecerdasan dan
kesejahteraan bersama bangsa Indonesia. Dan dalam usaha tersebut pemerintah
seharusnya lebih memperhatikan dunia pendidikan, peningkatan pendidikan akan
mempengaruhi kesejahteraan rakyat Indonesia secara tidak langsung.
Unsur-unsur
Pembentukan Identitas Nasional
Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah ia
dikenal sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat
dari sisi sejarah, kebudayaan, suku bangsa, agama dan bahasa.
- Sejarah
Indonesia adalah Negara yang begitu kaya
akan nilai sejarah, itu dao=pat dibuktikan dari berbagai tulisan pakar tentang
sejarah perjuangan dan usaha dalam merebut kemerdekaan. Sejarah juga mencatat,
sebelum menjadi sebuah identitas negara bangsa yang Modern, bangsa Indonesia
pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Semangat juang bangsa Indonesia
dalam mengusir penjajah menurut banyak kalangan telah menjadi ciri khas
tersendiri bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur
pembentuk identitas nasional Indonesia.
2. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk
identitas nasional meliputi tiga unsur yaitu : akal budi, peradaban dan
pengetahuan. Akal Budi bangsa Indonesia, misalnya dapat dilihat pada sikap
ramah dan santun bangsa Indonesia . Sedangkan unsur Identitas peradabannya,
salah satunya tercermin dari keberadaan dasar negara Pancasila sebagai kompromi
nilai-nilai bersama ( shared values ) bangsa Indonesia yang majemuk, sebagai
bangsa maritim, kehandalan bangsa Indonesia dalam pembuatan kapal pinisi di
masa lalu merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia yang tidak memiliki
oleh bangsa lain di dunia.
3. Suku Bangsa
Kemajemukan merupakan Identitas lain bangsa
Indonesia. Namun demikian , lebih dari sekedar kemajemukan yang bersifat
alamiah tersebut, tradisi, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam
kemajemukan merupakan hal lain yang harus terus dikembangkan dan dibudayakan,
kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari
300 kelompok suku, beragam bahasa, budaya dan keyakinan yang mendiami kepulauan
nusantara.
4. Agama
Keanekaragam Agama merupakan identitas lain dari
kemajemukan alamiah Indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah
dapat dilakukan dengan salah satunya, sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan
keyakinan dan tradisi suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas atas
kelompok lainnya.
5. Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut identitas nasional
Indonesia. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa penghubung ( lingua franca ) berbagai kelompok
etnis yang mendiami kepulauan nusantara memberikan nilai identitas
tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Globalisasi
Secara umum globalisasi adalah suatu perubahan
sosial dalam bentuk semakin bertambahnya keterkaitan antara masyarakat dengan
faktor-faktor yang terjadi akibat transkulturisasi dan perkembangan teknologi
modern. Istilah globalisasi dapat di terapkan dalam berbagai konteks sosial,
budaya, ekonomi, dan sebagainya memahami globalisasi adalah suatu kebutuhan,
mengingat majemuknya fenomena tersebut. Menurut Stiglitz sebagai mana dikutip
sugeng bahagijo dan darmawan triwinowo disatu sisi globalisasi menbawa potensi
dan akselerasi pertumbuhan ekonomi banyak Negara, peningkatan standar hidup
serta perluasan akses atas informasi dan teknologi, disisi lain telah membawa
kesenjangan utara-selatan serta kemiskinan global.
Globalisasi merupakan fenomena berwajah majemuk,
seperti diuraikan scolte(2000), sebagai mana dikutip Sugeng Bahagijo dan
darmawan triwibowo, bahwa globalisasi sering diidentikkan dengan: 1.
internasionalisasi yaitu hubungan antar Negara, meluasnya arus perdagangan
dan penanaman modal; 2. liberalisasi yaitu pencabutan
pembatasan-pembatasan pemeritah untuk membuka ekonomi tanpa pagar (borderless
world) dalam hambatan perdagangan, pembatasan keluar masuk mata uang,
kendali devisa dan ijin masuk suatu Negara (visa); 3. Universalisasi
yaitu ragam hidup seoerti makanan Mc Donald, kendaraan, di seluruh pelosok
penjuru dunia; 4. Westernisasi atau Amerikanisasi yaitu ragam hidup dan
budaya barat atau amerika; 5. De-teroterialisasi, yaitu
perubahan-perubahan geografi sehingga ruang sosial dalam perbatasan, tempat dan
distance menjadi berubah.
Istilah globalisasi telah menjadi istilah umum yang
dibicarakan oleh setiap orang hingga diskusi ilmiah dalam lingkungan akademik.
Beberapa
unsur penting yang terkait dengan globalisasi adalah:
1. Global
Space ( Dunia maya)
Globalisasi informasi ditunjukan
dengan semakin pesatnya penggunaan media elektronik dalam mengirim dan menerima
informasi, surat kabar, radio dan televisi tidak lagi merupakan sumber utama
informasi; kehadiran internet telah memudahkan informasi dunia diterima oleh
siapapun dipenjuru pelosok dunia. Jika radio dan televisi masih dapat di awasi
dan diatur oleh kekuasan politik sebuah Negara, tidak demikian dengan media
internet.
Dengan media internet,
memungkinkan pengiriman informasi dalam jumlah yang tidak terbatas, dalam waktu
yang lebih cepat, dan dengan biaya lebih murah. Melalui media internet siapapun
dapat mengirim dan mengakses informasi tanpa persyaratan lisensi atau bukti
kompetensi apapun.
Keadaan tersebut membawa beberapa akibat sosial dan
budaya :
Pertama, mengecilnya ruang dan waktu
yang mengakibatkan hampir tidak ada kelompok orang atau bagian dunia yang hidup
dalam isolasi. Informasi tentang keadaan di tempat lain atau situasi orang lain
dapat menciptakan suatu pengetahuan umum yang lebih luas dan aktual dari ada
yang ada sebelumnya, informasi ini pada giliranya dapat menimbulkan suatu
solidaritas global yang melintasi kelompok etnis, batas teritorial negara, atau
kelompok agama. Pada saat yang sama, informasi yang serba canggih ini dapat
pula memberikan kemudahan bagi seseorang atau suatu kelompok untuk bergabung
dengan kelompok kejahatan lintas negara untuk merancang kejahatan internasional
yang terorganisir. jaringan terorisme internasional dapat dimasukan ke dalam
kelompok ini.
Kedua, dalam bidang politik,
batas-batas teritorial suatu negara menjadi kurang berfungsi. Batas negara
tidak lagi menjadi batas informasi, karena seorang yang berada di sebuah
kampung di Jayapura, misalnya, dapat berhubungan langsung lewat internet dengan
seseorang di New York atu di kota Roma.
Ketiga, semua kategori dalam social
space menjadi tidak relavan lagi. Perbedaan sosial seperti umur, jenis kelamin,
agama, status sosial, besarnya pendapatan, pejabat atau rakyat, tingkat
pendidikan menjadi tidak lagi menjadi penting dalam konteks infomasi melalui
jalur internet.
Tantangan Masa Depan Dalam
Gelombang Globalisasi
Beberapa yang menjadi tantangan
besar dan bersama, mengutip pendapat Tilaar, yang diakibatkan gelombang
globalisasi adalah sebagai berikut:
1. Program melawan kemiskinan. Globalisasi bukan hanya
memberikan banyak nilai positf tetapi juga dapat mengakibatkan semakin
miskinnya negara-negara yang sumber daya manusianya rendah, serta kurangnya
sumber daya alam. Masalah kemiskinan bukan hanya milik suatu masyarakat tetapi
merupakan tanggung jawab intenasional. Kesenjangan antara Negara kaya dan
Negara miskin semakin melebar di dalam era globalisasi apabila tidak diambil
langkah untuk membantu yang lemah.
2. Memperjuangkan
dan melaksanakan Hak Asasi Manusia. Gelombang globalisasi dapat saja
mengijak-injak hak asasi manusia apabila motif yang mendasari perubahan sosial
dan ekonomi semata-mata berdasarkan frofit. Hak Asasi Manusia perlu dijaga dan
dikembangkan oleh karena itu dengan menghormati Hak Asasi Manusia maka
demokrasi akan semakin berkembang. Oleh sebab itu, hak asasi manusia harus
menjadi agenda internasional untuk menjadi bentang dari arus globalisasi yang
dapat bersifat dehomanisasi.
3. Menciptakan dan memelihara tatanan dunia yang aman. Perdangangan bebas, hak asasi
tidak dapat dilakukan di dalam negara yang kacau. Kini manusia berlomba-lomba
untuk menciptakan dunia yang lebih makmur dan kemakmuran itu hanya dapat
diwujudkan di dalam kerja sama internasional yang aman. Oleh sebab itu,
berbagai upaya untuk meningkatkan kerjasama multilateral haruslah dipacu.
4. Perlu
diwujudkan tatanan ekonomi dankeuangan yang baru. Lembaga-lembaga ekonomi dan
keuangan lama yang dilahirkan pada masa perang dingin seta tatanan dunia yang
lama, seperti badan-badan IMF, World bank, WTO, perlu ditata kembali supaya
lebih sesuai dengan tuntutan hidup internasional yang baru.
5. Melindungi
dan memelihara planet bumi sebagai satu-satunya tempat kehidupan bersama
manusia. Oleh
kerena itu tanggung jawab ekosistem merupakan tanggung jawab bersama masyarakat
dunia.
6. Kerja sama
regional perlu di kembangkan di dalam rangka kerja sama internasional. Bahkan Alan Rugman di dalam
bukunya The end of Globalization menyatakan bahwa sebenarnya kerja sama
internasional tertumpu pada kerja sama regional, bahkan kerja sama bilateral
atau kerja sama nasional dalam rangka kerja sama regional tersebut.
Glokalisasi
Salah satu konsep yang ikut berkembang bersama
globalisasi adalah glokalisasi. Istilah glokalisasi dipopulerkan oleh Roland
Robertson pada tahun 1977 dalam konfrensi “Globalization and Indigenous
Culture”. Secara umum glokalisasi adalah penyesuaian produk global dengan
karakter lokal. Ada juga yang berpendapat glokalisasi adalah berfikir
global bertindak lokal. Menurut Eko Budiarjo guru besar Universitas
Diponegoro glokalisasi adalah glokalisasi dengan cita rasa lokal.
Dalam wilayah budaya , glokalisasi dimaknai dengan
munculnya interpretasi produk-produk global dalam konteks lokal yang dilakukan
oleh masyarakat didalam berbagai wilayah budaya. Interpretasi lokal masyarakat
tersebut kemudian juga membuka kemungkinan adanya pergeseran makna atas nilai
budaya. Dalam proses glokalisasi medium bahasa juga di pergunakan.
Hal ini yang mengakibatkan banyak terjadi
penyimpangan terhadap nilai-nilai yang dulunya sangat dominan pada kalangan
masyarakat dan dijalankan dengan sepenuh hati, sekarang sudah menjadi barang
yang aneh dan langka. Pengaruh globalisasi terhadap masyarakat yang
ditransformasikan ke dalam budaya Indonesia yang akhirnya akan mensinergikan
budaya-budaya “Timur” Indonesia terhadap budaya “Barat” yang cenderung kepada
Liberalisme dalam usaha pencapaian Glokalisasi yang meminimalisasi bahkan
menghilangkan budaya-budaya Indonesia yang terkenal dengan keramahtamahan dan
kesopanan.
Antara
Nasionalisme dan Globalisasi
Salah satu isu penting yang mengiringi gelombang
demokrasi adalah munculnya wacana multikulturisme. Multikulturisme adalah kesediaan
menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa memedulikan perbedaan
budaya, etnik, gender, bahasa maupun agama. Gerakan multicultural muncul
pertama kali di Kanada dan Australia sekitar 1950-an.
Multikultural menjadi semacam respon kebijakan baru
dalam keragaman.dengan kata lain, adanya komunitas yang berbeda saja tidak
cukup, karena yang terpenting adalah komunitas tersebut diperlukan sama oleh
warga Negara maupan Negara.
Menurut Achmad Fedyani Safiudin menyatakan ada tiga
cara pandang atau pemahaman orang tentang multikulturisme, yaitu; 1. Popular;
2. Akademik; 3. Politis.
Karakter masyarakat multikultur adalah toleran.
Mereka hidup dalam semangat peacepul co-existace, hidup berdampingan secara
damai. Dalam perspektif multikulturisme, baik individu maupun kelompok hidup
dalam societal cohesion tanpa kehilangan identitas etnik dan kultur mereka.
Ini adalah harapan kita semua, bagaimana kita dapat
mengadopsi nilai dan budaya dari luar yang baik bagi bangsa ini serta adanya
badan pengawasan serta pengembangan budaya asli Indonesia dari Pemerintah,
jangan sampai budaya tersebut menjadi terkikis dan hilang dari masyarakatnya
sendiri, akibat dari arus globalisasi yang begitu besar.
No comments:
Post a Comment
Yang Penting Komentar!