MULTIPLE INTELLIGENCES
KECERDASAN MENURUT HOWARD GARDNER &
IMPLEMENTASINYA (STRATEGI PENGAJARAN DIKELAS)
Oleh : Muhammad
Alwi[1]
A.
Howard Gardner dan Multiple Intelligences?
Howard Gardner lahir 11 Juni 1943, ia masuk Harvard
pada tahun 1961, dengan keinginan awal, masuk Jurusan Sejarah, tetapi di bawah
pengaruh Erik Erikson, ia berubah mempelajari Hubungan-sosial (gabungan
psikologi, sosiologi, dan antropologi), dengan kosentrasi di psikologi klinis.
Lalu ia terpengaruh oleh psikolog Jerome Bruner dan Jean Piaget.
Setelah Ph.D di Harvard pada tahun 1971 dengan disertasi masalah “Sensitivitas
pada anak-anak”, Gardner terus bekerja di Harvard, di Proyek Zero. Didirikan
pada tahun 1967, Proyek Zero dikhususkan kepada kajian sistematis pemikiran
artistik dan kreativitas dalam seni, serta humanistik dan disiplin ilmu, baik
di tingkat individu dan kelembagaan. Kecerdasan
kata Gardner, merupakan kemampuan untuk menangkap
situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang.
Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh
kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau
reputasi bergengsi.
Kita bisa mencontohkan apakah Einstein akan sukses
seperti itu bila dia masuk di Jurusan Biologi atau belajar main bola dan
Musik…jelas masalah fisika-teoritis Einstein, Max Planc, Stephen Howking,
Newton adalah jenius-jenius, tetapi bab olah-raga maka Zidane, Jordane,
Maradona adalah jenius-jenius dilapangan, juga Mozart, Bach adalah
jenius-jenius dimusik. Dst..dst…juga Thoman A. Edison adalah jenius lain,
demikian juga dengan para sutradara film, bagaimana mereka mampu membayangkan
harus disyuting bagian ini, kemudian setelah itu, adegan ini, ini yang mesti
keluar dengan pakaian jenis ini, latar suara ini, dan bahkan dialog seperti
itu, ini adalah jenius-jenius bentuk lain. Disinilah Howard Gardner
mengeluarkan teori baru dalam buku Frame
of Mind, tentang Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), dimana dia
mengatakan bahwa era baru sudah merubah dari Test IQ yang melulu hanya test
tulis (dimana didominasi oleh kemampuan Matematika dan Bahasa), menjadi
Multiple Intelligences.
Intellegence
(Kecerdasan) katanya adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan
menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi
nyata (Gardner; 1983;1993).
Multiple intelegencies = Kecerdasan Ganda
meliputi;
- Intelegensi Linguistik
- Intelegensi matematis-Logis
- Intelegensi Ruang-Spasial
- Intelegensi Kinestetik-badani
- Intelegensi Musik
- Intelegensi Interpersonal
- Intelegensi Intrapersonal
- Intelegensi lingkungan/Naturalis (Perkembangan selanjutnya dari 7)
- Intelegensi eksistensial (Perkembangan lebih lanjut dari 8)
Awal dalam bukunya, hanya 7 kecerdasan, tetapi
dikemudian hari dan sampai sekarang berkembang menjadi 8, 9 bahkan terakhir
katanya 10 kecerdasan. Kekurangan atau problem, tapi juga mungkin kelebihan, dari teori kecerdasan
ganda adalah, kecerdasan ini bisa berkembang terus, sebab tergantung syarat
yang bisa dipenuhinya. Gardner (dalam Frame
of Mind: The Theory of multiple Intelligences; 1985) menyatakan; “kecerdasan kandidat” dalam modelnya “lebih
menyerupai pertimbangan artistic ketimbang penaksiran ilmiah” (hal 63). Dengan
demikian, kecerdasan tambahan sebanyak apapun bisa dimasukkan kedalam model
Gardner, karena menurutnya: “Tidak ada, dan tidak akan pernah ada, daftar
kecerdasan manusia yang tidak terbantahkan dan diterima secara universal….kita
bisa lebih mendekati tujuan itu jika kita berpegang hanya pada satu tingkat
analisis (misalnya neurofisiologis)….” (hal 60). (Barbara K. Given,
“Brain-Based Teaching”, hal 75).
Gardner menetapkan syarat
khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam
teorinya; Empat diantaranya adalah;
1.
Setiap kecerdasan dapat dilambangkan à misal matematika jelas ada lambang, Musik ada
lambing (not dll), kinestetik ada lambing atau irama gerak dst, lambaian
tangan, untuk selamat tinggal atau mau tidur dll.
2.
Setiap Kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan à artinya tidak seperti IQ yang meyakini bahwa
kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan saat kelahiran atau tidak
berubah, MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa kecerdasan itu muncul pada
titik tertentu dimasa kanak-kanan, mempunyai periode yang berpotensi untuk
berkembang selama rentang hidup, dan berisikan pola unik yang secara berlahan
atau cepat semakin merosot seiring dengan menuanya seseorang. Kecerdasan paling
awal muncul adalah Musik lalu Logis-Matematis.
3.
Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat
kerusakan atau cedera pada
wilayah otak
tertentu. Misal orang dengan
kerusakan
pada Lobus Frontal pada belahan
otak kiri, tidak
mampu berbicara atau menulis
dengan mudah,
namun tanpa kesulitan dapat
menyanyi,
melukis dan menari. Orang yang
lobus Temporalnya kanan yang rusak, mungkin mengalami kesulitan dibidang music
tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan menulis. Pasien dengan kerusakan
pada Lobus oksipital belahan otak kanan mengkin mengalami kesulitan dalam
mengenali wajah, membayangkan atau mengamati detail visual. (Thomas Amstrong,
1999, hal 8).
Kecerdasan linguistic ada pada belahan otak kiri, sementara
music, spatial dan antarpribadi cenderung di belahan otak kanan. Kinestetik-jasmani
menyangkut kortek motor, ganglia basal, dan serebellum (otak kecil). Lobus
frontal mengambil peran penting pada kecerdasan intrapribadi (intrapersonal).
4.
Setiap
kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya. à Artinya tidak harus matematis-logis yang penting
atau Spatial atau Musik atau…atau tergantung budaya masing-masing missal ada
kemampun naik kuda, melacak jejak dll dalam budaya tertentu itu sangat-sangat
penting dst.
Inilah empat syarat yang diberikan oleh Howard
Gardner, makanya teorinya berkembang dari 7 Kecerdasan (Linguistik,
Logis-Matematis, Musik, Spatial-Visual, Kenestetik, Intrerpersonal dan
intrapersonal) Menjadi 9 (tambahan 2 yaitu; Naturalis dan terbaru
Eksistensialis).
Adalah menarik sebagai contoh; bagaimana anda
menghafal nomor telpon? Apakah anda mengulang-ngulang nomor tadi sebelum
menelpon (ini berarti anda menggunakan teknik Liguistik) atau anda menbayangkan
pola tombol yang harus anda tekan dalam pola peletakan tombol angka-angka
(menggunakan metode Spatial-Visual) atau malah anda mengingat-ingat nada khas
tiap-tiap angka (strategi Musikal).
B.
Perincian Kecerdasan Majemuk
Sembilan Jenis Kecerdasan
Jenis kecerdasan pertama, kecerdasan linguistik, adalah
kecerdasan dalam mengolah kata. Ini merupakan kecerdasan para
jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Jenis pemikiran inilah yang
menghasilkan King Lear karya Shakespeare, Odyssey karya Homerus,
dan Kisah Seribu Satu Malam dari Arab. Orang yang cerdas dalam
bidang ini dapat berargu-mentasi, meyakinkan orang, menghibur, atau mengajar
dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Mereka senang bermain-main dengan
bunyi bahasa melalui teka-teki kata, permainan kata (pun), dan tongue twister.
Kadang-kadang mereka pun mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu
mengingat berbagai fakta. Bisa jadi mereka adalah ahli sastra. Mereka gemar sekali
membaca, dapat menulis dengan jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan
secara luas.
Jenis kecerdasan kedua, Logis-matematis, adalah
kecerdasan dalam hal angka dan hgika. Ini merupakan
kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer. Newton menggunakan
kecerdasan ini ketika ia menemukan kalkulus. Demikian pula dengan Einstein
ketika ia menyu-sun teori relativitasnya. Ciri-ciri orang yang cerdas secara
logis-mate-matis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir
dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual
atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.
Kecerdasan Spasial adalah jenis kecerdasan yang ketiga, mencakup bapikir
dalam gambar, serta kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan
kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial.
Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan
insinyur mesin. Siapa pun yang merancang piramida di Mesir, pasti mempunyai
kecerdasan ini. Demikian pula dengan tokoh-tokoh seperti Thomas Edison, Pablo
Picasso, dan Ansel Adams. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi
hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat
menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide
secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga
dimensi.
Kecerdasan musikal adalah jenis kecerdasan keempat. Ciri utama
kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan
irama dan melodi. Bach, Beethoven, atau Brahms, dan juga pemain gamelan Bali
atau penyanyi cerita epik Yugoslavia, se-muanya mempunyai kecerdasan ini.
Kecerdasan musikal juga dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu
dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan yang mendengarkan berbagai karya
musik dengan tingkat ketajaman tertentu.
Kecerdasan kelima, kinestetik-jasmani, adalah
kecerdasan fisik. Kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan
gerak tubuh dan kete-rampilan dalam menangani benda. Atlet, pengrajin, montir,
dan ahli bedah mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani tingkat tinggi. Demikian
pula Charlie Chaplin, yang memanfaatkan kecerdasan ini untuk melakukan gerakan tap dance sebagai
"Little Tramp". Orang dengan kecerdasan fisik memiliki keterampilan
dalam menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga menikmati kegiatan
fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau
berperahu. Mereka adalah orang-orang yang cekatan, indra perabanya sangat peka,
tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala sesuatu.
Kecerdasan keenam adalah kecerdasan Antarpribadi. Ini adalah
kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini
terutama menuntut kemampuan untuk mencerap dan tang-gap terhadap suasana hati,
perangai, niat, dan hasrat orang lain. Direk-tur sosial sebuah kapal pesiar
harus mempunyai kecerdasan ini, sama halnya dengan pemimpin perusahaan besar.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan antarpribadi bisa mempunyai rasa belas
kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar seperti Mahatma Gandhi, atau bisa
juga suka memanipulasi dan licik seperti Machiavelli. Namun, mereka semua
mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut
pandang orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, mereka dapat menjadi networker, perunding, dan guru yang ulung.
Kecerdasan Ketujuh adalah kecerdasan Intrapribadi atau kecerdasan dalam diri sendiri. Orang yang
kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan mudah mengakses perasaannya
sendiri, membedakan berbagai macam keadaan emosi, dan menggunakan pemahamannya
sendiri untuk memperkaya dan membimbing hidupnya. Contoh orang yang mempunyai
kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli teologi, dan wirau-sahawan. Mereka sangat
mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran
jiwa yang mendalam. Sebaliknya, mereka juga sangat mandiri, sangat terfokus
pada tujuan, dan sangat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan orang
yang gemar bela-jar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja
dengan orang lain. (Armstrong: 1999: 3-6)
Kecerdasan kedelapan, Kecerdasan Naturalis (Lingkungan). Gardner menjelaskan inteligensi
lingkungan sebagai
kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat
membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural; kemampuan untuk
memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan itu secara produktif
dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam.
Orang yang punya inteligensi lingkungan
tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik
dengan alam, mudah membuat identifikasi dan kla-sifikasi tanaman dan binatang.
Orang ini mempunyai kemampuan mengenal sifat dan tingkah laku binatang,
biasanya mencintai lingkungan, dan tidak suka merusak lingkungan hidup. Salah
satu contoh orang yang mungkin punya inteligensi lingkungan tinggi adalah
Charles Darwin. Kemampuan Darwin untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi serangga, burung, ikan,
mamalia, membantunya mengembangkan teori evolusi.
Inteligensi lingkungan masih dalam penelitian lebih
lanjut karena masih ada yang merasa bahwa inteligensi ini sudah termasuk dalam
inteligensi matematis-logis. Namun, Gardner berpendapat bahwa inteligensi ini
memang berbeda dengan inteligensi matematis-logis.
Kecerdasan kesembilan, Kecerdasan Eksistensial, intelegensi ini menyangkut kemampuan
seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau
keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya
secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam.
Pertanyaan itu antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari
hidup ini, bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya
sangat berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang
selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia.
Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Kindi, Ibn
Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk mempunyai
inteligensi eksistensial tinggi.
Anak yang menonjol dengan inteligensi
eksistensial akan mempersoalkan keberadaannya di tengah alam raya yang besar
ini. Mengapa kita ada di sini? Apa peran kita dalam dunia yang besar ini?
Mengapa aku ada di sekolah, di tengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak
yang menonjol di sini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan
orang, termasuk gurunya sendiri. Misalnya, tiba-tiba ia bertanya, "Apa
manusia semua akan mati? Kalau semua akan mati, untuk apa aku hidup?"
Ingatlah bahwa meskipun Anda merasa sangat cocok
dengan salah satu atau dua definisi di atas, sebenarnya Anda mempunyai semua kecerdasan
itu. Tambahan lagi, setiap manusia normal dapat mengem-bangkan ketujuh jenis
kemampuan itu sampai ke tingkat penguasaan tertentu. Setiap pribadi adalah
unik, sebagaimana ketujuh/Delapan/Sembilan kecerdasan itu memperlihatkan
bentuknya dalam kehidupan kita. Jarang sekali ada orang yang dapat mencapai
tingkat penguasaan yang tinggi dalam enam, tujuh atau delapan kecerdasan
tersebut. Ibn Sina atau Al Kindi mungkin beberapa orang dengan kecerdasan yang
sangat banyak. Ia Dokter ulung, filosof, ahli bahasa, Negarawan, penulis dll,
Al Kindi juga Dokter, Pemusik handal (konon katanya ia menyembuhkan penyakit
orang dengan music), Filosof, penulis, penerjemah dengan penguasaan berbagai
bahasa, dan pemilik kebun-binatang yang cukup luas dan lengkap. Rudolf Steiner,
pemikir Jerman awal abad ke-20 juga. Ia adalah filsuf, penulis, dan ilmuwan. Ia
juga menciptakan sistem dansa, teori warna, dan sistem berkebun, sekaligus
pematung, ahli teori sosial, dan arsitek.
C.
Survei Kecerdasan Majemuk
DAFTAR PERIKSA
KECERDASAN GANDA
Tandailah
pernyataan yang berlaku dalam setiap kategori kecerdasan:
Kecerdasan Linguistik
1. Buku sangat penting bagi saya.
2. Saya dapat mendengar kata-kata di kepala saya sebelum saya membaca,
berbicara, atau menuliskannya.
3. Saya mendapatkan
lebih banyak hal dari mendengarkan radio atau kaset yang banyak berisi kata-kata daripada televisi atau
film.
4. Saya tidak mengalami
kesulitan dalam permainan kata seperti Scrabble, Anagrams, atau Password.
5. Saya senang
menghibur diri sendiri atau orang lain dengan lelu-con, sajak lucu lucuan, atau permainan
kata.
6. Kadang-kadang orang
lain terpaksa berhenti dan meminta saya untuk menjelaskan makna kata yang saya gunakan dalam tulisan atau pembicaraan saya.
7. Ketika bersekolah,
saya menganggap pelajaran bahasa, studi sosial, dan sejarah lebih mudah daripada matematika dan ilmu alam.
8. Kalau saya berkendaraan di jalan bebas hambatan, saya lebih itikan
kata-kata yang tertulis di papan reklame daripada memperhatikan pemandangan.
9. percakapan, saya sering
mengungkapkan segala sesuatu pemah saya baca atau dengar.
10. Akhir-akhir ini saya menulis sesuatu yang amat saya banggakan atau yang
membuat saya mendapat pengakuan dari orang lain.
11. Kekuatan Linguistik yang lain?................Coba anda telusuri sendiri.
Kecerdasan
Logis-Matematis
1. Dengan mudah saya dapat
menghitung angka-angka dalam benak saya.
2. Matematika dan/atau sains
merupakan mata pelajaran favorit saya di sekolah.
3. Saya suka melakukan permainan
atau memecahkan soal yang menuntut pemikiran logis.
4. Saya suka mengadakan percobaan
kecil "Bagaimana seandainya" (misalnya, "Bagaimana seandainya
saya melipatduakan jumlah air yang saya tuangkan ke rumpun mawar di halaman
rumah setiap minggunya?").
5. Saya selalu mencari pola
keteraturan, atau urutan logis dari segala sesuatu.
6. Saya menaruh minat pada
perkembangan baru dalam sains.
7. Saya berpendapat bahwa hampir
segala sesuatu mempunyai penjelasan yang masuk akal.
8. Kadang-kadang saya berpikir
dalam konsep yang jelas, abstrak, tanpa kata, tanpa gambar.
9. Saya sering menemukan salah
penalaran dalam segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan orang di rumah
maupun di tempat kerja.
10. Saya merasa lebih nyaman bila
segala sesuatu sudah diukur, dikelompokkan, dianalisis, atau dikuantifikasikan
dengan cara tertentu.
11.
Kekuatan Logis-Matematis lainnya? ……..Coba anda telusuri
sendiri.
Kecerdasan Spatial
1.
Saya sering melihat gambaran visual yang jelas
ketika menutup kedua mata.
2.
Saya peka
terhadap warna
3.
Saya sering menggunakan kamera atau camcorder untuk merekam apa yang saya lihat di sekitar saya.
4.
Saya gemar
mengerjakan puzzle, maze, dan teka-teki visual lainnya.
5.
Saya
mengalami mimpi yang begitu nyata di malam hari.
6.
Biasanya
saya dapat mengenali jalan bahkan di wilayah yang tidak saya kenal.
7.
Saya suka
menggambar atau mencoret-coret.
8.
Bagi saya,
ilmu ukur lebih mudah daripada aljabar.
9.
Saya dapat dengan mudah membayangkan bagaimana
sesuatu akan terlihat jika dilihat langsung dari atas dengan pandangan mata
seekor burung.
10.
Saya lebih suka melihat bahan bacaan yang banyak
gambarnya.
11. Kekuatan Spasial lainnya?………………Coba anda telusuri sendiri.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
1.
Sekurang-kurangnya saya melakukan salah satu jenis
olahraga atau kegiatan jasmani lain secara teratur
2.
Saya tidak
betah duduk diam berlama-lama.
3.
Saya suka bekerja dengan kedua tangan saya dalam
kegiatan konkret seperti menjahit, menenun, mengukir, bertukang, atau mera-kit
model.
4.
Seringkali
ide terbaik saya muncul ketika saya berada di luar rumah untuk berjalan-jalan,
joging, atau ketika saya sedang melakukan kegiatan jasmani lain.
5.
Seringkali saya menghabiskan waktu luang di luar
rumah.
6.
Seringkali saya menggunakan gerak-gerik tangan atau
bentuk bahasa tubuh lain ketika bercakap-cakap dengan seseorang.
7.
Saya harus menyentuh bermacam-macam benda supaya
lebih banyak mengetahui tentang benda tersebut.
8.
Saya senang
naik permainan yang mendebarkan atau ikut dalam petualangan jasmani yang
menegangkan.
9.
Saya suka
menggambarkan diri saya sendiri sebagai orang yang mempunyai koordinasi tubuh
yang baik.
10. Saya harus mempraktekkan
sebuah keterampilan baru bukan sekadar membaca atau menonton video tentang
keterampilan itu.
11. Kekuatan Kinestetik-Jasmani lainny? …………Coba anda telusuri sendiri.
Kecerdasan Musikal
1.
Jika
bernyanyi, suara saya terbilang merdu.
2.
Saya dapat
membedakan nada musik yang fals.
3.
Saya sering
mendengarkan musik di radio, piringan hitam, kaset, atau CD.
4.
Saya dapat
memainkan alat musik.
5.
Hidup saya
akan lebih sengsara jika tidak ada musik.
6.
Kadang-kadang tanpa sadar saya melantunkan
lagu iklan televise atau lagu lain sewaktu saya berjalan kaki.
7.
Dengan mudah saya mengikuti irama musik dengan alat
perkusi sederhana.
8.
Saya
mengenal banyak melodi dari berbagai lagu dan karya musik.
9.
Kalau saya
mendengar karya musik sebanyak satu/dua kali, biasanya saya dapat
menyanyikannya kembali dengan cukup tepat.
10.
Saya sering
mengetuk-ngetuk atau melantunkan melodi secara sepotong-sepotong sambil
bekerja, belajar, atau mempelajari sesuatu yang baru.
11. Kekuatan Musikal lainny? …………Coba anda telusuri sendiri.
Kecerdasan
Antarpribadi
1.
Saya adalah jenis orang yang didatangi orang lain
untuk dimintai nasihat dan bimbingan di tempat kerja atau di tempat tinggal.
2.
Saya lebih
menyukai olahraga berkelompok seperti bulutangkis, bola voli, atau sofbol
daripada olahraga tunggal, seperti berenang dan joging.
3.
Kalau saya menghadapi masalah, saya cenderung
mencari orang lain untuk dimintai pertolongan daripada berusaha untuk
meme-cahkannya sendiri.
4.
Saya
mempunyai sekurang-kurangnya tiga orang sahabat dekat.
5.
Saya lebih
menyukai permainan bersama untuk mengisi waktu, seperti monopoli atau bridge
daripada hiburan yang dilakukan sendiri, seperti bermain video game dan kartu solitaire.
6.
Saya tertantang
untuk mengajari orang lain, atau kelompok orang, tentang apa yang dapat saya
kerjakan.
7.
Saya menganggap diri saya sebagai pemimpin (atau
orang lain menyebut saya begitu).
8.
Saya senang
berada di tengah kerumuman orang.
9.
Saya suka terlibat dalam kegiatan sosial yang
berhubungan dengan pekerjaan, tempat ibadah, atau komunitas tempat tinggal
saya.
10.
Saya lebih suka menghabiskan petang hari di sebuah
pertemuan yang meriah daripada tinggal sendirian di rumah.
11.
Kekuatan
Antarpribadi lainny? …………Coba anda telusuri sendiri.
Kecerdasan Intrapribadi
1.
Secara berkala saya meluangkan waktu sendirian
untuk bermedi-tasi, merenung, atau memikirkan masalah kehidupan yang penting.
2.
Saya telah mengikuti sesi bimbingan atau seminar
pengembangan pribadi untuk lebih mengenal diri saya sendiri.
3.
Saya punya pendapat yang membuat saya berbeda
dengan orang
4.
biasa.
5.
Saya mempunyai hobi atau minat khusus yang saya
simpan rapat-rapat untuk diri saya sendiri.
6.
Saya mempunyai sasaran penting dalam hidup saya
yang saya renungkan secara berkala.
7.
Saya mempunyai pandangan yang realistis tentang
kelemahan dan kekuatan saya (yang saya dapatkan dari umpanbalik orang lain).
Saya lebih suka menghabiskan akhir pekan sendirian di sebuah pondok di hutan
daripada di sebuah tempat peristirahatan mewah dengan banyak orang di
sekitarnya.
8. Saya menganggap diri saya berkemauan keras dan berpikiran mandiri.
9. Saya mempunyai buku harian atau jurnal untuk merekam peristiwa kehidupan
batin saya.
10. Saya berwiraswasta atau setidak-tidaknya amat ingin memulai usaha sendiri.
11. Kekuatan Intrapribadi lainnya?.........Coba anda telusuri
sendiri
Kecerdasan
Naturalis (lingkungan)
1. Kalau saya punya
waktu luang saya suka membeli tanaman, atau hewan, menyiram tanaman atau member
makan burung, kucing atau semacamnya.
2.
Saya senang dengan binatang/tanaman peliharaan
saya.
3. Saya suka belajar
tentang alam, hewan, tumbuhan atau lainnya.
4. Saya berharap
mengunjungi kebun binatang, bila punya waktu.
5.
Saya menikmati berburu atau memancing atau
semacamnya.
6. Saya Pingin atau suka
kegunung, mendaki, camping atau rekreasi ke-alam seperti itu.
7. Tanaman atau hewan
penting bagi saya.
8. Bila saya melihat
acara televise, saya menyukai acara flaura dan fauna.
9. Saya senang waktu
liburan untuk kealam luas, daripada sekadar berenang, atauke mall.
10. Alam dan sekitarnya
adalah sesuatu yang sangat mengasyikkan.
11. Kekuatan Naturalis (Lingkungan) lainnya?.........Coba
anda telusuri sendiri.
Praktek Multiple di SMP/SMA YAPI (Pengantar-Implementasi di Sekolah)
Pada awalnya, banyak rekan guru yang
pesimis kemungkinan kemampuan untuk melaksanakan Multiple intelligences (MI).
Karena ada 8/9 atau 10 kecerdasan yang mesti diajarkan dikelas. Tetapi
sebenarnya tidak mesti seperti itu untuk “optimalisasi dengan batasan” bahasa
saya. Sebab kita tahu, realitasnya teori itu ideal, sementara sekolah, kelas,
murid, guru punya banyak batasan. Misalnya yang klasik adalah alatnya kurang,
waktu tidak ada, adanya ulangan-bersama, adanya UAN dll, serta yang terpenting
gaji guru yang “pas-pas”an, dengan beban “selalu” ditambah. Tetapi kami yakin
dan mengatakan, kita perlu berupaya untuk melakukan semaksimal yang kita mampu
(optimalisasi dengan batasan). Uji coba yang kami upayakan yaitu;
Pada awal tahun, anak-anak dilakukan test
multiple intelligences (MI), dengan cara survey (ditanya dengan soal-soal test,
menggunakan kuesioner dari Terry Amstrong diperbaiki sendiri oleh team), lalu
di-smoothkan (diperhalus) dengan
pengamatan-pengamatan keseharian dilingkungannya (kelas, asrama, dst). Setelah
mendapatkan hasil, maka hasil itu ditabulasi dan diberikan keseluruhan kepada
dewan guru. Contoh Hasil tahulasi itu sebagai berikut;
Hasil Tabulasi Kecerdasan
per-Anak
No
|
Nama
|
Tempat/Tgl/lahir
|
Kelas
|
Kecerdasan
|
|||||||
Lingitk
|
Matematis
|
Musik
|
Visual
|
Kinestetik
|
Inte
personal
|
Intra
personal
|
Naturalis
|
||||
1
|
Si-A
|
|
SMP VIIA
|
24
|
17
|
16
|
15
|
26
|
21
|
17
|
26
|
2
|
Si-B
|
|
SMP VIIA
|
22
|
18
|
20
|
19
|
18
|
30
|
3
|
29
|
3
|
Si-C
|
|
SMP VIIA
|
22
|
30
|
23
|
22
|
28
|
32
|
18
|
23
|
4
|
SI-D
|
|
SMP VIIA
|
13
|
19
|
26
|
18
|
30
|
27
|
8
|
18
|
dst
|
SI-F
|
|
SMP VIIA
|
20
|
31
|
34
|
25
|
30
|
27
|
18
|
22
|
Hasil Tabulasi Kecerdasan
Dominannya Kelas
No
|
Nama
|
Tempat/Tgl/lahir
|
Kelas
|
Kecerdasan
|
|||||||
Lingitk
|
Matematis
|
Musik
|
Visual
|
Kinestetik
|
Inte
personal
|
Intra
personal
|
Naturalis
|
||||
1
|
Si-A
|
|
SMP VIIA
|
24(3)
|
17 (4)
|
16
|
15
|
26 (2)
|
21
|
17 (5)
|
26 (1)
|
2
|
Si-B
|
|
SMP VIIA
|
22 (3)
|
18
|
20 (4)
|
19
|
18
|
30
(1)
|
3
|
29 (2)
|
3
|
Si-C
|
|
SMP VIIA
|
22
|
30 (2)
|
23 (4)
|
22
|
28 (3)
|
32 (1)
|
18
|
23 (5)
|
4
|
SI-D
|
|
SMP VIIA
|
13
|
19 (4)
|
26 (3)
|
18
|
30 (1)
|
27 (2)
|
8
|
18
|
dst
|
SI-F
|
|
SMP VIIA
|
20
|
31 (2)
|
34 (1)
|
25
|
30 (3)
|
27 (4)
|
18
|
22
|
|
|
|
|
2
|
4
|
4
|
0
|
4
|
4
|
1
|
3
|
Kita tahu, Si A urutan
kecerdasannya adalah; 26 (N), 26 (K), 24 (L), 21 (I), 17 (Ir), 17(M), 16 (M),
15 (V). maka kita bisa ambil 2,3
maksimal 4 kecerdasan tertingginya yaitu (N, K, L, I). itulah kecerdasan
optimum secara “umum”, yang dimiliki oleh Si-A.
Sehingga pendekatan pengajaran kepada Si-A mestinya menggunakan
kecerdasan optimumnya yaitu (Naturalis, Kinestetik, Linguistik dan
Interpersona), tanpa mengabaikan yang lain kemudiannya. Tetapi kita mesti ingat
kita mengajar bukan pada satu anak, walaupun kita juga harus tahu bahwa pada
dasarnya anak itu “unik”. Maka strateginya adalah strategi pengajaran umum dan
khusus sekaligus. Artinya kita melihat kecerdasan umum dikelas, dan kecerdasan
khusus per-anak. Bagaimana itu dilaksanakan?
Pertama; Kita
mesti melihat tabulasi kecerdasan Dominan Kelas (contoh diatas murid 5 orang). Disini
kita ambil (4 kecerdasan tertinggi, mengapa harus 4, tidak 2, 3 atau 5 dan 6?
Ini hanya arbiter, untuk memudahkan pengajaran. Bila 4 dirasa sulit bisa 3). Hasil tabulasi itu adalah; Yang suka matematis
(4 anak), Musik (4 anak), Kinestetik (4 anak), Interpersonal (4 anak),
Naturalis (3 anak), Linguistik (2 anak), Interapersonal (1 anak), Visual (0
anak). Maka untuk strategi mengajar dengan “maksimalisasi dengan batasan”
adalah; kita harus mengambil 3 atau 4 kecerdasan dominan kelas yaitu Matematis,
Musik, Kinestetik dan Interpersonal. Kita mengajar dengan kecerdasan itu karena
kecerdasan itu disukai oleh 4 anak dari 5 total jumlah murid kelas.
Persipan
mengajar guru, disain, metode mengajarnya harus disesuaikan dengan pendekatan 4
kecerdasan itu, sehingga cara kita mengajar itu diminati oleh mayoritas
anak-anak dikelas. Bila selanjutnya dalam proses pembelajaran ada anak-anak
tertentu yang mengalami kesulitan untuk pembelajaran tertentu? Misalnya setelah
remidi 2 kali, kok ternyata nilainya tidak beranjak baik? Maka kita lihat data
yang kita miliki….misal yang jelek adalah anak dengan nama SI-C. Maka dari data
yang kita miliki, kecerdasan tertinggi dia adalah interpersonal (maka untuk
anak ini, kita dekati dengan pendekatan khusus Interpersonal untuk tugas-tugas
tambahannya atau pengulangan materinya dst).
Intinya
adalah kita mengajar dengan pendekatan dominan kelas, sehingga pendekatan kita
itu adalah pendekatan rata-rata terbaik kelas yang kita ajarkan. Dengan
pendekatan itu, mestinya (secara teori) akan mampu diserap oleh anak-anak kelas
(karena itu kesukaan mereka). Bila ada 1, 2 dan 3 anak yang tidak mampu
memahaminya, maka pendekatan khusus kecerdasan anak itu (unik per-anak) yang
kita coba gunakan. Baik sebagai tambahan tugan, lest materi remidi atau pier-teaching
atau lainnya.
Inilah yang menurut kami, upaya penerapan
Pembelajaran Multiple-Intelligences dengan “Strategi Optimalisasi dengan
Batasan”.
D.
Hubungan Multiple Intelligences dengan Sekolah-Kurikulum-Pelajaran dan
Program Ekstrakulikuler.
Kemamampuan
Terkait dan Bidang Studi di Sekolah serta Arah-Bimbingan Karier (Pekerjaan)
SD/SMP/SMA
Intelegensi
|
Kemampuan menonjol
Terkait
|
Menonjol pada fungsi
|
Contoh
|
Mata
Pelajaran
|
Program
Tambahan
|
Kegiatan Ekstrakulikuler
|
Linquistik
Verbal
|
Mengerti urutan dan arti kata-kata
Menjelaskan,
mengajar, bercerita, berdebat
Humor
Mengingat
dan menghafal
Analisis
linguistic
Menulis
dan berbicara
Main
drama, berpuisi, berpidato
Mahir dalam perbendaharaan
kata
|
Dramawan, editor, pengarang, jurnalis,
sastrawan,
orator,
ahli
sastra, novelis
|
W.S.
Rendra,
Sukarno,
Martin
Luther,
Zoetmoelder,
Motinggo
Busye,
Pramudya,
Gunawan
Mohamad, John Paul II
|
Bahasa, IPS, sejarah, agama, budipekerti, pancasila
|
Keterampilan bicara, menulis, komu-nikasi, drama
|
Majalah dinding, majalah sekolah, kelompok bahasa, regu
debat, kelompok drama, kelompok pidato
|
Matematis-logis
|
Logika
Reasoning,
pola sebab-akibat
Klasifikasi
dan kategorisasi
Abstraksi,
simbolisasi
Pemikiran
induktif dan deduktif
Menghitung
dan bermain angka, Pemikiran ilmiah Problem solving, Silogisme
|
Logikus,
matematikus,
saintis,
programer,
negosiator
|
Einstein,
Stephen
Hawking,
John
Dewey,
Russell,
Andi Hakim Nasution
|
Matematika, IPA, Ekonomi
|
Keterampilan berpikir, logika, komputer
|
Sains klub, lomba sains
|
Ruang-visual
|
Mengenal
relasi benda-benda dalam
ruang
dengan tepat
Punya
persepsi yang tepat dari berbagai sudut
Representasi
grafik
Manipulasi
gambar, menggambar
Mudah
menemukan jalan dalam ruang Imajinasinya aktif
Peka terhadap warna, garis,
bentuk
|
Pemburu,
arsitek,
dekorator,
navigator, ahli peta,
pelukis, pemahat, penggambar, pemain catur
|
Pablo
Picasso,
Affandi,
Sidharta, Gary Kasparov,
Michaelangelo
|
Menggambar
|
Keterampilan melukis, menggambar, memahat, membaca peta
|
Klub melukis, klub bangunan, klub catur, klub pencari
jejak
|
Kinestetik-badani
|
Mudah
berekspresi dengan tubuh Mengkaitkan pikiran dan tubuh Kemampuan main mimik
Main drama, main peran Aktif bergerak, olahraga, menah Koodinasi dan
fleksibilitas tubuh tinggi
|
Aktor,
atletik, penari, pemahat, ahli bedah, olahragawan,
|
Mohamad
Ali, Sidharta,
Rudi
Hartono, Agassi, Charlie Chaplin, Kristi Yamaguchi, Dustin Hoffman
|
Olahraga
|
Latihan tari, latihan macam-macam olahraga
|
Tim olahraga, grup drama, grup tari
|
Musikal
|
Kepekaan
terhadap suara dan musik,
Tahu
struktur musik dengan baik,
Mudah
menangkap musik
Mencipta
melodi , Peka dengan intonasi, ritmik
Menyanyi,
pentas music, Mencipta musik
Pemain
alat music
|
Musikus,
penyanyi, pemain opera, komponis, dirigen, pemain musik
|
Mozart,
Bach, Beethoven
|
Musik
|
Latihan alat musik, sejarah musik
|
Grup band, musik, koor, karawitan, kolintang
|
Interpersonal
|
Mudah
kerja sama dengan teman
Mudah
mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi teman, Komunikasi verbal dan
nonverbal,
Peka
terhadap teman, empati,
Suka memberikan feedback
|
Komunikator,
fasilitator, penggerak massa,
pemersatu
|
Ibu
Theresa, Mahatma Gadhi, Reagan
|
Wiraswasta, berdagang
|
Program kepekaan masyarakat, studi grup, proyek
bersama, mema-hami orang lain
|
Dewan siswa, kegiatan siswa bersama, klub rumah sakit
|
Intrapersonal
|
Dapat
berkonsentrasi dengan baik Kesadaran dan ekspresi perasaan-perasaan yang
berbeda Pengenalan diri yang dalam Keseimbangan diri Kesadaran akan realitas
spiritual Reflektif, suka kerja sendiri
|
Pendoa
batin, spiritual yang mendalam, pendamai
|
Freud,
Thomas Merton, Harry Truman
|
Psikolog
|
Refleksi, retret, kesadaran diri
|
Tugas renungan di rumah
|
Lingkungan/Naturalis
|
Mengenal
flora dan fauna, Mengklasifikasi dan identifikasi tumbuh-tumbuhan dan
binatang, suka pada alam, hidup di luar rumah
|
Botanis,
anatomis
|
Darwin,
|
Biologi
|
Zoolog, Peneliti Biologi, flara-fauna
|
Kamping, Pecinta Alam, Cinta Lingkungan, Gerakan
Penghijauan, Pencegahan Global warming dll
|
Eksistensial
|
Kepekaan
dan kemampuan untuk men-jawab persoalan eksistensi manusia; apa makna hidup
ini; mengapa kita lahir dan mati
|
Filsuf,
berefleksi tentang keberadaan
|
Plato,
Socrates, Ibn Sina, al-Kindi, Kant, Nietzche
|
Filosof, Ulama/Pastur
|
Dibiasakan bertanya apa tujuan hidupku, latihan kritis
|
Penelitian : Tujuan Hidup Orang
|
E.
Dampak Kecerdasan Ganda terhadap Guru dan Strategi mengajar di kelas:
1.
Guru perlu
mengerti intelligentsia siswa-siswanya (makanya guru perlu mampu melakukan MIS,
Multiple Intelligences Survei).
2.
Guru perlu
mengembangkan model mengajar dengan berbagai kecerdasan, bukan hanya kecerdasan
yang menonjol pada dirinya. à ini yang agak bermasalah, sebab perlu sedikit usaha
guru untuk mampu belajar dengan keluar dari gaya belajarnya. Keuntungannya
apabila guru mau melakukan itu adalah dua sisi, sisi pertama jelas pada para
siswa, sisi kedua, guru itu sendiri mampu memantik kecerdasan dia lainnya, dan
ini akan jadi pengalaman yang sangat menarik dan mengasyikan.
3.
Guru perlu
mengajar dengan intelegensi siswa, bukan dengan intelegensinya yang berbeda
dengan intelligensi siswa.
4.
Dalam
mengevaluasi kemajuan siswa, guru perlu menggunakan berbagai model yang cocok
dengan intelegensi ganda, bukan hanya dengan paper and test.
Strategi Mengajar di kelas dengan Multiple Intelligences
Armstrong memberikan beberapa strategi yang
perlu diperhatikan dalam pengajaran dengan menggunakan teori intelligensi
ganda. Secara umum strategi itu adalah sebagai berikut;
Intelligensi linguistik dapat dilakukan dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk bercerita, menuliskan kembali yang dipelajari, dengan brainstorming,
membuat jurnal tentang materi
yang dipelajari, atau menerbitkan majalah dinding. Dengan kata lain, setelah mempelajari topik tertentu siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya dengan
menuliskan kembali lewat kata-kata mereka sendiri. Misalnya, bila topiknya gaya
sentrifugal (Fisika). Setelah mempelajari gaya tersebut, siswa diberi
kesempatan untuk menuliskan pengertian mereka tentang gaya tersebut secara
bebas atau mengungkapkan gagasannya secara lisan di depan kelas. Bila topiknya
masalah keadilan, siswa dapat diminta untuk menulis ketidakadilan yang mereka
alami dalam masyarakat.
Inteligensi matematis-logis dapat diwujudkan dalam bentuk menghitung,
membuat kategorisasi atau penggolongan, membuat pemikiran ilmiah dengan proses
ilmiah, membuat analogi dan sebagainya. Misalnya, dalam mempelajari berbagai
zat, siswa dapat diminta untuk mengelompokkan macam-macamI benda ke dalam suatu
klasifikasi yang bagi mereka lebih mudah dimengerti.
Setelah mempelajari penurunan rumus secara matematis, siswa diminta untuk mengaplikasikan
rumus itu ke dalam pemecahan persoalan yang baru. Di sini perlu diperhatikan
jalan pikiran dan logika siswa dalam memecahkan persoalan. Dalam topik
keadilan, misalnya, siswa diajak untuk menghitung berapa persen penduduk Indonesia
yang miskin, yang diperlakukan tidak adil, dan diminta membuat tabel tentang data tersebut.
Inteligensi ruang-visual dapat diungkapkan dengan visualisasi materi, dengan membuat sketsa, gambar, simbol grafik, mengadakan tour
keluar kelas, mengadakan eksperimen di laboratorium, dan sebagainya. Misalnya,
bila topiknya keadilan, kepada siswa dapat ditunjukkan film tentang penderitaan
masyarakat miskin yang mengalami ketidakadilan, atau diberi tugas untuk melihat orang-orang miskin akibat ketidakadilan.
Inteligensi kinestetik-badani dapat diungkapkan dengan bentuk ekspresi gerak dan badan. Bentuk-bentuk
seperti mendramatisir, membuat teater, membuat hands-on
activities tentang
materi yang dipelajari sangat membantu dalam mengungkapkan inteligensi
kinestetik-badani. Misalnya, dalam mempelajari tumbukan, siswa dapat di dalam atau di luar
kelas mempraktek-kan hukum kekekalan tumbukan dengan posisi tubuh mereka pada
waktu bertabrakan dengan teman lain. Dalam topik keadilan, siswa dapat
mementaskan role play tentang ketidakadilan penguasa terhadap
rakyat, atau membuat tarian yang menggambarkan penderitaan manusia karena
ketidakadilan.
Inteligensi musikal dapat diungkapkan dengan memberikan
kesempatan dan tugas kepada siswa untuk menyanyi, membuat
lagu, atau mengungkapkan materi dalam bentuk suara. Guru sendiri dalam
menyiapkan materi fisika, dengan topik hukum
Newton II, dapat merencanakan penjelasan
rumus tersebut dengan suatu lagu yang akan membuat siswa mudah mema-hami dan
lebih relaks. Bila topiknya keadilan, siswa diminta untuk menuliskan lagu yang
mengungkapkan suasana ketidakadilan atau keadilan.
Inteligensi interpersonal dapat diekspresikan dalam bentuk kegiatan sharing, diskusi kelompok, ker ja sama membuat proyek
atau praktikum bersama, permainan bersama maupun membuat simulasi bersama.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap siswa dalam kelompok sungguh aktif
bekerja sama, sehingga kerja sama tidak dikuasai oleh satu siswa dan yang
lainnya pasif. Siswa yang tidak begitu lancar bekerja sama perlu dibantu untuk
lebih berani.
Inteligensi
intrapersonal dapat
dikembangkan dengan memberikan waktu sendiri kepada siswa untuk refleksi dan
berpikir sejenak. Beberapa soal yang diberikan perlu persoalan terbuka di mana
siswa secara mandiri dapat mengungkapkan gagasannya. Guru sendiri perlu belajar
untuk menyajikan materi dengan memasukkan perasaan, humor, dan juga
keseriusannya. Dengan kata lain, sikap pribadi guru perlu juga ditunjukkan
untuk membantu siswa yang intrapersonal. Pada akhir pelajaran, baik bila siswa
diminta untuk merefleksikan kegunaan pelajaran ini bagi hidup mereka.
Inteligensi lingkungan (Naturalis
=
Kecerdasan ke 8) dapat
diungkapkan dengan mengajak siswa untuk melihat apakah topik yang dipelajari
ada kaitannya dengan lingkungan hidup mereka, dengan alam tempat mereka hidup.
Misalnya, dalam topik ketidakadilan, siswa dapat diajak dan melihat berbagai
tanaman di hutan yang ditebang tanpa tanggung jawab sehingga mengakibatkan
banjir, kekeringan, dan penderitaan orang banyak.
Inteligensi
eksistensial (= kecerdasan ke 9) dapat
diwujudkan dengan mengajak siswa mempertanyakan soal keberadaannya. Msalnya,
dalam topik evolusi, mengajak siswa untuk mempersoalkan apakah kejadian manusia dan kita ini juga melalui
evolusi tersebut? Dalam topik keadilan, siswa diajak untuk mempertanyakan
apakah situasi ketidakadilan itu sesuai dengan hidup manusia dan membantu
manusia sampai ke tujuannya.
Menentukan Evaluasi
Salah satu unsur yang sangat penting dalam
proses pembelajar-an adalah evaluasi. Jelas evaluasi perlu disesuaikan dengan
tujuan dan juga cara mengajar seorang guru. Bila dalam pembelajaran guru
menggunakan inteligensi ganda, maka evaluasinya pun perlu disesuaikan dengan
kemampuan inteligensi ganda. Evaluasi yang hanya mementingkan salah satu
inteligensi, misalnya matematis-logis, kurang dapat mengukur seluruh kemampuan
siswa.
Beberapa
bentuk evaluasi berikut, yang ditekankan oleh Armstrong (1994), sangat sesuai
untuk mengevaluasi siswa, senada dengan pendekatan inteligensi ganda, yaitu;
1.
Portofolio, yaitu laporan tugas-tugas siswa selama selur
proses pembelajaran. Termasuk di dalamnya adalah lapo tertulis, hasil diskusi
kelompok, hasil refleksi pribadi, tugas, gambar, laporan komputer, slide, atau video, bila pernah dibuat. Tugas-tugas
informal yang pernah dikerjakan siswa, seperti catatan atau draf lagu, permainan,
kerja kelompok kecil, perlu dikumpulkan pula.
2.
Penilaian selama
proses belajar perlu
dikumpulkan. Guru perlu selalu memantau dan memberikan penilaian singkat kepada
setiap siswa selama proses belajar: selama diskusi, selama mereka bermain bersama sesuai materi, dan selama mereka aktif partisipasi
dalam pembelajaran.
3.
Soal tertulis yang diberikan kepada siswa perlu juga dirumuskan
sesuai dengan kesembilan inteligensi ganda tersebut. Maka, perlu ada persoalan
logika, musikal, ruang, gerak, refleksi
pribadi, dan juga bahasa tertulis. Misalnya tes tentang
hukum Newton II dapat
berbentuk seperti berikut ini.
1) Bagaimana rumusan hukum Newton
II?
2) Tuliskanlah dengan kata-katamu
sendiri hukum Newton II dan jelaskan dengan suatu contoh!
3) Bila ada sebuah kereta yang
tadinya bergerak deng kecepatan 100 km/jam, lalu tiba-tiba diberi tambah gaya
yang jauh lebih besar, yaitu dengan meningka' kan daya mesinnya, apa yang akan
terjadi deng kecepatannya? Jelaskan!
4) Buadah rangkaian suatu
percobaan hukum Newto II dan amatilah bagaimana jalannya percobaan i Cobalah
itu dengan teman-temanmu!
5) Buadah suatu lagu yang
menggambarkan berlakun" hukum Newton II dalam kehidupan sehari-hari!
6) Carilah contoh kejadian
sehari-hari yang mengguna kan prinsip hukum Newton II. Presentasikan conto'
tersebut di depan kelas. (Suparno: 2004: 62)
Contoh-contoh Disain Mengajar Sederhana Berdasarkan Multiple Intelligences.
Matematika:
Geometri, Keliling Lingkaran
Tujuan :
menentukan besarnya keliling lingkaran
Alat : tali panjang
Inteligensi
yang ditekankan: kinestetik-badani, matematis-logis, linguistik, interpersonal,
intrapersonal
Cara :
gambar A gambar B
1) Siswa
diminta membuat lingkaran dengan tali yang panjang (lihat gambar A).
2) Siswa
diminta untuk berdiri tepat mengelilingi lingkaran. Mereka diminta menghitung
ada be-rapa orang yang tepat berdiri di sekeliling lingkaran itu (gambar A,
kinestetik-badani).
3) Siswa
diminta untuk menarik garis tengah lingkaran, dan menghitung berapa orang
tepat dapat berdiri untuk mengisi garis tengah tersebut (gambar B,
kinestetik-badani).
4) Siswa
diminta mendiskusikan hubungan antara jumlah siswa yang berdiri di garis tengah
dan yang berdiri sepanjang lingkaran, serta bagai-mana cara menghitungnya
(matematis-logis dan interpersonal).
5) Cari rumusan
keliling lingkaran dengan garis tengah tadi dalam diskusi (interpersonal dan
matematis-logis).
6)
Siswa
diminta merefleksikan apa yang diper-olehnya dari diskusi tersebut
(intrapersonal).
7) Kemudian,
diminta menuliskan dalam kertas apa yang mereka temukan dalam pelajaran itu
(linguistik).
Bila
dirangkumkan dalam tabel menjadi seperti berikut.
Topik
|
Inteligensi
|
Bentuk pembelajaran
|
Keliling
lingkaran
|
Kinestetik-badani
|
Berdiri
mengelilingi lingkaran/garis tengah
|
|
Interpersonal
|
Diskusi hubungan antara keliling dan garis
tengah
|
|
Matematis-logis
|
Merumuskan
rumus keliling lingkaran
|
|
Kinestetik-badani
|
Kerja
tangan, menyusun kelompok benda
|
|
Intrapersonal
|
Refleksi
kegunaan
|
|
Linguistik
|
Menuliskan
hasil refleksi
|
Catatan:
Guru membantu dalam merangkum
rumusan yang ditemukan siswa sehingga mendekati rumusan yang tepat secara
matematis.
IPA, Biologi: Sifat-Sifat Kehidupan
Tujuan : mengerti dan
memahami sifat-sifat benda hidup
Alat : kertas, pensil, beberapa binatang
hidup yang berbeda spesiesnya
Inteligensi
yang ditekankan: lingkungan, matematis-logis, ruang-visual,
interpersonal, intrapersonal, musikal, linguistik, eksistensial,
kinestetik-badani
Cara :
1. Dalam
kelompok siswa mengamati dan men-catat sifat-sifat binatang hidup yang
diamatinya (lingkungan, ruang-visual).
2. Setiap siswa menjelaskan sifat-sifat itu kepada teman lain (interpersonal
dan linguistik).
3. Dalam suatu matriks, sifat-sifat yang sama dan berbeda dikelompokkan
(matematis-logis).
4. Siswa diminta memperagakan sifat-sifat yang sama dalam bentuk gerak atau
tari (kinestetik-badani).
5. Siswa menciptakan suatu lagu yang menggam-barkan atau berisi sifat-sifat
binatang atau benda hidup yang ditemukan (musikal).
6.
Siswa diminta
berefleksi: apa artinya sifat itu bagiku, karena aku juga hidup. Bagaimana
perasaanku bila sifat itu tidak ada padaku? (intrapersonal).
7.
Mengapa
benda-benda itu hidup, apa Tujuannya? (eksistensial)
Bila Dirangkum dalam table menjadi
Seperti berikut;
Topik
|
Inteligensi
|
Bentuk pembelajaran
|
Sifat Benda Hidup
|
Lingkungan
|
Meneliti
sifat-sifat benda hidup
|
|
Ruang-visual
|
Melihat
benda-benda hidup
|
|
Linguistik
|
Menjelaskan
sifat-sifat pada teman
|
|
Matematis-logis
|
Membuat
tabel dan memasuk-kan sifat
|
|
Kinestetik-badani
|
Memperagakan
gerak
|
|
Musikal
|
Membuat
lagu sifat hidup
|
|
Intrapersonal
|
Refleksi
gunanya bagi kita
|
|
Interpersonal
|
Kerja
kelompok
|
|
Eksistensial
|
Apa
gunanya hidup?
|
IPS: Demokrasi
Tujuan : menyadari arti pemerintahan
yang demokratis sehingga dapat hidup lebih demokratis bersama orang lain
Alat : tulisan tentang pimpinan yang autoriter
(dapat dari koran, buku, buat kasus sendiri), kertas, alat tulis
Inteligensi yang ditekankan: linguistik, interpersonal, intrapersonal,
matematis-logis, ruang-visual, musikal, kinestetik-badani, eksistensial.
Cara :
1.
Setiap siswa
membaca kasus pimpinan yang autoriter, penindas rakyat, yang telah disiapkan.
Menurut mereka siapakah yang benar dan tidak, dan menuliskan gagasannya pada
selembar kertas (linguistik).
2.
Dalam kelompok
saling mendiskusikan apa yang tidak benar dari pimpinan itu dan bagaimana
seharusnya sikap terhadap rakyat. Juga membahas bagaimana seharusnya sikap
rakyat secara demokratis di zaman sekarang ini (interpersonal dan
matematis-logis).
3.
Dalam kelompok
memperagakan, dengan gerak dan lagu, situasi nondemokratis di masyarakat yang
mereka alami (kinestetik-badani, musikal, linguistik).
4.
Merefleksikan
sendiri, apa makna sikap demokrasi bagi mereka masing-masing (intrapersonal).
5.
Sebagai
pekerjaan rumah, siswa diminta untuk mencari contoh pengalaman situasi yang
tidak demokratis di lingkungannya; dan menuliskan-nya pada majalah dinding
(ruang-visual dan linguistik).
6.
Bertanya:
mengapa diktator itu ada? (eksistensial).
Topik
|
Inteligensi
|
Bentuk
pembelajaran
|
Demokrasi
|
Linguistik
|
Membaca
kisah, menulis
|
|
Interpersonal
|
Diskusi bersama
|
|
Matematis-logis
|
Berpikir rasional dalam diskusi
|
|
Kinestetik-badani
|
Memperagakan dalam gerak
|
|
Musikal
|
Memperagakan dalam lagu
|
|
Intrapersonal
|
Refleksi bagi diri sendiri
|
|
Ruang-visual
|
Melihat masyarakat
|
|
Eksistensial
|
Mengapa Ada?
|
Bahasa
Tujuan : belajar membuat kalimat
yang lengkap, ada subjek-predikat-objek.
Alat : alat tulis, papan kertas yang
ditulisi
Inteligensi
yang ditekankan:
linguistik, ruang-visual, intrapersonal, musikal, kinestetik-badani, matematis
logis.
Cara :
1.
Siswa diberi bacaan, kalimatnya ada yang lengkap
dan ada yang tidak lengkap. Setiap siswa diminta mencari kalimat yang lengkap
dan tidak lengkap, dengan menyebutkan alasannya (linguistik dan
matematis-logis).
2.
Setiap siswa membuat papan dari karton dan
menuliskan kata-kata yang dapat berkedudukan sebagai subjek, predikat, objek,
keterangan, dan sebagainya (ruang-visual).
3.
Siswa dalam kelompok bermain kata dan kalimat.
Setiap kelompok misalnya 6 orang. Satu orang maju ke depan dan menunjukkan
papan-nya, misalnya sebagai subjek. Lalu, teman lain berlomba unruk maju bila
ia membawa kata predikat, yang membawa objek bias maju bisa maju kemudian,
dan seterusnya, sehingga terbentuk kalimat yang lengkap. Selama maju mereka
berderet menurut urutan kalimat (kinestetik-badani).
4.
Siswa berkelompok membuat lagu yang berisi
aturan kalimat lengkap (musikal).
5.
Setiap siswa diminta membuat 10 kalimat
lengkap yang lain sendirian (intrapersonal).
Bila dirangkumkan dalam suatu tabel menjadi sebagai
berikut.
Topik
|
Inteligensi
|
Bentuk
pembelajaran
|
Kalimat lengkap
|
Linguistik
|
Membaca
|
|
Matematis-logis
|
Mencari yang lengkap dan alasannya
|
|
Ruang-visual
|
Membuat papan kata
|
|
Kinestetik-badani
|
Main kata dan kalimat
|
|
Musikal
|
Membuat lagu
|
|
Intrapersonal
|
Membuat kalimat sendiri
|
Matematika: Probabilitas (SMU)
Tujuan : memahami prinsip probabilitas pada
pelemparan mata uang
Alat : Koin
Inteligensi
yang ditekankan:
matematis-logis, linguistik, interpersonal, ruang-visual, kinestetik-badani, intrapersonal,
lingkungan
Cara :
1.
Siswa dalam kelompok berlima mengambil 10
koin. Mereka diminta melakukan percobaan dengan melempar koin itu serentak
(kinestetik-badani), lalu menghitung berapa gambar yang keluar. Lalu mereka
mencatatnya ke dalam tabel (matematis-logis, interpersonal, ruang visual)
2. Siswa diminta melakukan
pelemparan sebanyak 25 kali dan setiap kali memasukkan data ke dalam tabel
(matematis-logis).
3. Siswa diminta membuat grafik
yang menggambarkan frekuensi gambar yang sering keluar dari tabel yang dipunyai
(ruang-visual).
4. Siswa diminta mendiskusikan
hasilnya, berapa gambar yang sering keluar. Kemudian, diminta untuk merumuskan
berapa probabilitas gambar keluar dari koin itu? Bandingkan dengan tabel,
berapa gambar yang sering keluar? (matematis-logis dan interpersonal).
5.
Setelah selesai, siswa mereka diminta membuat
laporan tertulis tentang percobaan dan hasilnya (linguistik).
6.
Di rumah setiap siswa diminta untuk mencari
contoh dalam hidup sehari-hari, peristiwa apa saja yang mempunyai probabilitas
½ (Intrapersonal).
Bila
dirangkumkan dalam suatu tabel menjadi sebagai berikut.
Topik
|
Inteligensi
|
Bentuk pembelajaran
|
Probabilitas
|
Matematis-logis
|
Menghitung lemparan, buat tabel, rumus
|
|
Interpersonal
|
Diskusi hash lemparan
|
|
Ruang-visual
|
Membuat grafik lemparan
|
|
Kinestetik-badani
|
Berdiri melempar dengan gerak
|
|
Intrapersonal
|
Mencari contoh sendiri di rumah
|
|
Linguistik
|
Menulis laporan
|
|
Lingkungan
|
Mencari contoh-contoh di alam
|
IPA (FISIKA): Fisika, Efek Doppler, dan Gaya Sentripetal
Efek Doppler untuk
Suara (Haggerty, 1995)
Tujuan : siswa memahami efek Doppler
untuk suara
Alat : alat musik
gitar, mikrofon, osiloskop
Inteligensi yang ditekankan: linguistik, musikal,
matematis-logis, ruang-visual, kinestetik-badani, intrapersonal, interpersonal
Cara :
1.
Siswa diminta membuat penelitian tentang
riwayat hidup dan karya Doppler di perpustaka-an. Mereka juga harus membuat
laporan tertulis yang akan dipresentasikan di depan kelas (linguistik).
2.
Siswa diminta untuk memainkan musik dengan
alat musik yang tersedia dan menunjukkan per-bedaan puncak suara dengan
menggunakan alat tersebut. Mintalah untuk mendekatkan mikrofon dan
menghubungkannya dengan osiloskop, sehingga puncak suara itu dapat dilihat dan
di-dengar. Siswa diminta untuk mencari hubungan antara puncak-puncak suara
tersebut dan prin-sip efek Doppler. Misalnya, puncak suara menjadi lebih
tinggi, atau frekuensi suara menjadi lebih tinggi bila suara keluar dari sumber
musik mendekati detektor suara (musikal).
3.
Mintalah siswa untuk menentukan besarnya frekuensi, panjang gelombang, dan kecepatan
suara dengan rumus Doppler, n = f λ. Siswa diminta untuk mencari contoh prinsip efek Doppler dalam
macam-macam gelombangyang berbeda seperti pada suara, air, cahaya, radio, radar
(matematis-logis).
4.
Siswa diminta
menyiapkan suatu ekspresi tentang efek Doppler dengan suatu gambar, diagram,
dan sebagainya, dan menuliskannya sebagai laporan (ruang-visual).
5.
Siswa diminta
untuk mengadakan praktek lapangan, misalnya di jalan raya, untuk mencari
contoh-contoh dalam kehidupan yang menggunakan efek Doppler. Mereka diminta
membawa audiotape untuk merekam.
Mereka harus membuat laporan praktek lapangan tersebut dan mempresentasikannya
di kelas (kinestetik-badani).
6.
Berilah
kebebasan setiap siswa untuk mencari contoh sendiri yang cocok dengan mereka
dan membuat laporan entah dalam bentuk tertulis maupun suatu ekspresi lain
(intrapersonal).
7.
Dalam praktek
lapangan mereka diminta be-kerja dalam kelompok, misalnya bertiga (interpersonal).
Bila
dirangkumkan dalam suatu tabel menjadi sebagai berikut.
Topik
|
Inteligensi
|
Bentuk pembelajaran
|
Efek Doppler
|
Linguistik
|
Menulis riwayat hidup Doppler
|
|
Musikal
|
Main musik
dihubungkan dengan osiloskop
|
|
Matematis-logis
|
Menentukan rumus
|
|
Ruang-visual
|
Membuat diagram
|
|
Kinestetik-badani
|
Mencari contoh di lapangan
|
|
Intrapersonal
|
Kerja sendiri
|
|
Interpersonal
|
Kerja kelompok
|
Gaya
Sentripetal
Tujuan : mengerti gaya
sentripetal dan dapat menggunakan konsep dasar gaya sentripetal dalam persoalan
dan juga kehidupan sehari-hari.
Konsep: suatu benda yang
bergerak melingkar beraturan akan mengalami suatu gaya mengarah ke pusat lingkaran,
yang besarnya tergantung pada massa benda dan juga percepatan sentripetalnya.
Sedangkan percepatan itu tergantung pada kuadrat kecepatan linearnya dan
berbanding terbalik dengan jari-jari lintasannya.
Alat : bola, tali, alat tulis
Inteligensi yang ditekankan:
ruang-visual, kinestetik-badani, musikal, interpersonal, matematis-logis,
linguistik, intrapersonal, lingkungan
Cara :
1.
Siswa membuat percobaan sederhana seperti bagan berikut.
Bola plastik diikat dengan tali. Dengan cara memegang talinya, bola itu
diputar. Apa yang terjadi bila tali dilepaskan? Siswa akan mencobanya
berkali-kali dan mengambil ke-simpulan. Siswa akan melihat bahwa bola itu
terlepas keluar. Semakin kuat kecepatan putar-an, semakin jauh bola terlempar.
Siswa diajak membuat percobaan berva-riasi agar bola sampai pada jarak tertentu
(ruang-visual).
2. Dapat dibuat suatu
permain-an, di mana dua siswa memegang ujung-ujung satu tali secara tegang. Siswa pertama diam di tempat sambil memegang tali
kuat-kuat, sedangkan siswa kedua
berlari berputar mengelilingi siswa pertama dengan memegang ujung tali secara
ketat. Sewaktu siswa kedua berlari kencang, pegangan tali siswa pertama
dilepaskan. Apa yang terjadi? (kinestetik-badani).
3. Dalam melemparkan bola, setiap kali ada bola yang
mengenai sasaran, siswa diminta berteriak: Gol! Atau siswa diminta meneliti
apakah ada pengaruh antara kecepatan berputar bola dan suara bola yang berputar
(musikal).
4. Dalam mengerjakan percobaan di atas, siswa harus
bekerja sama. Mereka dapat saling men-diskusikan pertanyaan yang diutarakan
guru, apa yang terjadi dengan bola bila tali dilepas? Biar-kan mereka bebas
berdiskusi dengan guru sebagai moderator (interpersonal).
5.
Menurunkan
rumusan Fs= mv²/R (lihat buku
teks).
Menurut
hukum Newton II, gaya yang terjadi dalam gerak lurus adalah F = ma. Dalam gerak
melingkar seperti gambar di atas, gaya itu dapat ditulis sebagai Fs
= mas. Percepatan sentripetal pada gerak melingkar adalah as
= v²R. Maka, gaya sentripetal dapat dituliskan sebagai Fs=
mv²/R. Setelah mengerti semuanya,
siswa dapat juga diminta untuk mengerjakan persoalan berdasarkan berdasarkan rumus yang mereka temukan (matematis-logis).
6) Siswa diminta merumuskan gaya
sentripetal dengan kata-kata mereka sendiri, mengungkapkan rumusannya di depan
kelas, atau diperdebatkan bersama teman-teman lain (linguistik).
7) Setelah percobaan dan proses
pembelajaran hampir usai, mintalah siswa untuk diam sejenak berefleksi, apa
yang mereka peroleh dari pelajar-an itu. Mintalah mereka untuk mengungkapkan gagasan
dan apa yang mereka peroleh dalam suatu rumusan kalimat, musik, ataupun
ung-kapan lain (interpersonal).
8) Mintalah siswa untuk mencari
adakah gejala seperti itu di alam (lingkungan).
Bila
dirangkumkan dalam suatu tabel menjadi seperti berikut.
Topik
|
Inteligensi
|
Bentuk pembelajaran
|
Gaya
sentripetal
|
Ruang-visual
|
Percobaan
memutar bola pada tali
|
|
Kinestetik-badani
|
Permainan
siswa dengan tali
|
|
Musikal
|
Teriakan gol
|
|
Interpersonal
|
Kerja sama,
diskusi
|
|
Matematis-logis
|
Menurunkan
rumus
|
|
Linguistik
|
Menuliskan dengan kata sendiri
|
|
Intrapersonal
|
Merefleksikan apa yang diper-oleh
|
|
Lingkungan
|
Mencari
gejala sejenis di alam
|
IPS: Keadilan dan Ketidakadilan
Tujuan : memahami dan mengerti apa itu keadilan, menjadi kritis terhadap soal
ketidakadilan di masyarakat.
Alat : kisah ketidakadilan dari koran
Inteligensi yang ditekankan:
linguistik, interpersonal, intrapersonal, lingkungan, matematis-logis,
kinestetik-badani, musikal, eksistensial
Cara :
1. Siswa diberi kasus dari koran tentang perlakuan tidak adil, penindasan pada
masyarakat kecil (misalnya penggusuran becak, rumah, warung, dan sebagainya).
Siswa harus membaca dan me-rangkum sendiri dengan mengkritisi pro-kontranya
(linguistik).
2. Siswa dikelompokkan menjadi dua, untak debat. Satu kelompok mengumpulkan
alasan pro dan yang lain kontra (interpersonal dan matematis-logis).
3. Satu orang menjadi moderator, lalu diadakan debat (linguistik).
4. Dalam debat diperhatikan apakah alasan itu sungguh rasional atau tidak
(matematis-logis).
5. Pada akhirnya, disimpulkan unsur yang me-nonjol dari kelas. Lalu dirangkum
dalam suatu lagu tentang ketidakadilan. Bisa juga kelompok mempresentasikannya
dalam bentuk drama atau gerak (kinestetik-badani, musikal, dan linguistik).
6. Pada akhirnya semua diajak merenung dan bertanya: apa guna keadilan dalam
hidupku sendiri, bagaimana aku merasakan suasana ketidakadilan di masyarakat?
(intrapersonal).
7. Mengapa ada ketidakadilan; apakah ini cocok dengan tujuan hidup kita?
(eksistensial).
Bila
dirangkumkan dalam suatu tabel menjadi sebagai berikut.
Topik
|
inteligensi
|
Bentuk pembelajaran
|
Keadilan
|
Linguistik
|
Membaca
koran dan merangkum
|
|
Interpersonal
|
Diskusi
persiapan debat
|
|
Matematis-logis
|
Mencari
alasan yang rasional dalam debat
|
|
Kinestetik-badani
|
Drama
peragaan
|
|
Musikal
|
Membuat
lagu tentang keadilan
|
|
Intrapersonal
|
Berefleksi
|
|
Lingkungan
|
Melihat
ketidakberesan
|
|
Eksistensial
|
Melihat
ketidakadilan
|
Bahasa: Sifat Tokoh dalam Novel
Tujuan : memahami sifat
tokoh-tokoh dalam suatu novel
Alat : buku novel yang ingin dipelajari
Inteligensi yang digunakan:
interpersonal, linguistik, ruang-visual, musikal, kinestetik-badani,
intrapersonal, eksistensial.
Cara :
1.
Siswa
diminta membaca novel dan menuliskan sifat-sifat tokohnya (linguistik).
2.
Dalam kelompok kecil siswa mendiskusikan bersama sifat-sifat
yang mereka temukan, apa arti dan maknanya (interpersonal).
3.
Setiap kelompok memperagakan sifat-sifat yang telah
ditemukan dan mendiskusikannya di depan kelas (kinestetik-badani).
4.
Mereka dapat juga menyajikan dalam lagu yang sesuai
(musikal).
5. Sifat-sifat itu
disimbolkan dalam berbagai warna (ruang-visual).
6. Mereka merefleksikan apa makna
semua itu dan gunanya bagi hidupnya sendiri (intrapersonal).
7. Bagaimana peran Tokoh-tokoh
itu terhadap kelestarian lingkungan (Eksistensial)
Topik
|
Intelegensi
|
Bentuk pembelajaran
|
Sifat
tokoh novel
|
Linguistik
|
Membaca
|
|
Interpersonal
|
Diskusi
tentang sifat-sifat tokoh
|
|
Kinestetik-badani
|
Peragaan
|
|
Musik
|
Membuat
lagu
|
|
Intrapersonal
|
Refleksi
tentang makna
|
|
Ruang-visual
|
Sifat
disimbolkan dengan warna
|
|
Eksistensial
|
Mengamati
peran tokoh terhadap lingkungan
|
Daftar Pustaka:
Armstrong, T. 1994. Multiple Intelligences in the Classroom. Alexandria, VA: Association for
Supervision and Curriculum Development.
______, 1999, “Sevent Kind of Smart,
Identifiying and Developing Your Multiple Intelligences”, Pinguin Putnam Inc.
(terj : Kind of Smart menemukan dan meningkatkan Kecerdasan Berdasarkan Teori
Multiple Intelligences, 2002, Gramedia, Jakarta).
______, Setiap Anak cerdas, Panduan
membantu anak belajar dengan memanfaatkan multiple intelegence-Nya, 2003,
Gramedia, Jakarta.
______, 2004, Awakening Your Child’s
Natural Genius, Interaksara, Jakarta.
Barbara K. Given, 2002, “ Teaching
to the Natural Learning System”,
Alexandria, VA. (Terj: Braid-Based Teaching, 2007, Kaifa, Jakarta).
Campbell, B. 1999. Multiplying Intelligence in the Classroom,
Gardner, H. 1983. Frames of mind: The theory of
multiple intelligences. NY:
BasicBooks
_____ 2000. Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st
Century. New York: Basic
_____2003,
“Multiple intelligences, Kecerdasan Majemuk, Teori dan Praktek (Berisi
wawancara-wawancara dengan Howard Gardner)”, Interaksara, Jakarta.
Gardner, H. dan Hatch, T. 1989.
"Multiple intelligences go to school-Educational implications of the
theory of multiple intelligences". Educational Researcher, 18 (8), 4-10.
Gardner, H. 2007, Five Minds For The
Future, Gramedia, Jakarta.
Goldfluss, M.S.Ed. Karen J,(editor),
2002, The Best of Multiple Intelligences Activities From Teacher Created
Material, Compilation, Teacher Created material, Inc. USA.
Haggerty, B. 1995. Nurturing intelligences. A Guide to multiple intelligences theory and
teaching. New York:
Addison-Wesley.
Jasmine, Julia,”Mengajar dengan
Kecerdasan Majemuk; Implementasi Multiple intelligences”, 2007, Nuansa,
Jakarta.
Suparno, Paul, 2004, “Teori
Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah”, Kanisius, Yogyakarta.
[1] Alumni
Pasca Sarjana Univ Brawijaya Malang (Human Resource Management), dan FIP Univ
Negeri Malang, PLPG “Strategi Pengajaran”, Direktur Full Day and Boarding
School SMP/SMA YAPI, serta Dosen STIE-YADIKA Bangil-Pasuruan.